Chapter 45

2.8K 172 0
                                    

GALINA


"Tidur, Baby", ucap Mason ketika aku nggak juga menutup mataku

"Belum ngantuk", kataku

"Tapi kamu harus banyak istirahat"

"Kamu juga perlu istirahat"

"Aku bakalan tidur setelah kamu tidur", Mason menyentil hidungku


Aku menatap Mason dengan ragu. Ada satu pertanyaan yang nggak pernah pergi dari kepalaku dan bikin aku penasaran banget.


"Mase?", panggilku

"Hm?"

"Aku boleh tanya sesuatu sama kamu?", tanyaku gak yakin. Kening Mason berkerut

"Tanya apa?"

"Hmm.. Kok bisa kamu sampai tunangan sama Harper? Harusnya kamu tunangan sama Jane kan?", walaupun itu udah kejadian di masa lalu tapi ada perasaan aneh ketika aku mengucapkan nama Jane


Mason mengerjapkan matanya. Kayaknya dia nggak nyangka aku bakalan tanya tentang ini.


"Aku emang udah mau cerita semuanya sama kamu. Tapi kamu beneran mau aku cerita sekarang? Ini bakalan panjang banget", kata Mason

"We have all night", ucapku sambil tersenyum meyakinkan


Mason menatapku ragu, tapi aku mengangguk untuk menyakinkannya. Lalu dimulailah cerita Mason. Kurang lebih ceritanya sama dengan apa yang udah pernah Chris ceritain ke aku. Sampai pada bagian Harper, bagian yang belum pernah Mason ceritakan pada siapapun.


"Saat itu aku lagi main di rumah Jane. Tapi sore itu ternyata Jane lagi nggak di rumah, cuman ada Harper disana. Tiba-tiba Harper nanya, apa itu saling menyukai. Aku bingung, gimana caranya anak umur 5 tahun bisa tau hal kayak gitu. Karena aku juga masih berumur 9 tahun saat itu, pengetahuanku tentang itu juga nggak banyak, jadi aku kasih tau aja sambil lewat kalau orang yang saling suka itu nantinya akan hidup bersama-sama, kayak orang tua kita. Terus dia bilang berarti orang yang saling suka itu bakalan nikah. Aku jawab aja iya. Terus dia nanya lagi, apa aku suka sama dia tau nggak. Aku jawab aku suka dia, tapi maksudku aku suka dia sebagai adik temanku. Kalau aku nggak suka, gak mungkin aku mau main sama dia kan. Mungkin itu yang bikin Harper terobsesi sama aku", ucap Mason

"Setelah Chris pindah ke Amerika, hubungan pertemanan aku, Dec, dan Jane semakin erat. Sejujurnya aku sempet sakit hati sama Chris karena dia ninggalin aku gitu aja, emang dasar anak kecil.. Padahal saat itu aku inget Chris juga gak mau ikut ayahnya pindah ke Amerika, dia malah sempet kabur ke rumahku karena gak mau disuruh packing. Anyways.. Pas SMP Dec punya tetangga baru yang sekolahnya sama sama kita, Laura. Sejak saat itu Dec sama Laura deket, mereka sering pergi bareng. Karena aku sama Jane gak enak nimbrungin mereka, aku dan Jane jadi sering pergi berdua. Seiring berjalannya waktu, aku jadi terbiasa sama Jane. Terbiasa diperhatiin sama Jane, terbiasa pergi bedua sama Jane, sampai akhirnya Jane ngajakin aku pacaran. Aku pikir, apa salahnya? Toh aku dan Jane udah nyaman satu sama lain"


Mason berhenti sebentar sambil menatap wajahku. Seakan sedang membaca reaksiku. Aku hanya tersenyum kecil sambil mengangguk. Lalu Mason kembali bercerita.


"Pas kita SMA, Harper mulai sering ikut jalan-jalan. Nggak jarang rencana kencan aku sama Jane gagal gara-gara Harper ikut pergi sama kita. Sejak Harper tumbuh dewasa, dia sering banget dateng ke rumahku untuk sekedar main atau curhat, aku pikir mungkin Harper udah nganggep aku kakak laki-lakinya sendiri jadi dia nyaman sama aku. Beberapa tahun kemudian, Jane ngajakin aku untuk meneruskan hubungan kita selangkah lebih serius. Saat itu aku baru tanda tangan kontrak sama Jelsy, jadi aku bilang tunggu satu tahun lagi karena aku pengen serius di sepak bola. Setelah satu musim pertandingan, Chris ternyata balik lagi ke Inggris dan gabung sama Jelsy juga. Saat itu aku seneng banget Chris datang lagi ke Inggris. Semenjak itu kami jadi sering pergi ber 5, kadang berenam kalau Harper merengek pada Jane pas dia pengen ikut"

"Suatu hari Harper nyamperin aku di rumah. Dia cerita kalau Chris itu sebenernya suka sama Jane dari mereka kecil karena Harper pernah liat Chris bilang suka sama Jane. Harper juga bilang kalau Chris balik ke Inggris itu karena dia belum move on dari Jane dan mau merebut Jane dari aku. Hampir di setiap pertemuanku dengan Harper, dia selalu ngeracunin pikiran aku tentang Chris dan Jane. Lama-lama aku terpengaruh juga, sikap Jane yang emang baik dan perhatian itu bikin aku cemburu..."

"...Karena itu, aku sempet nggak yakin mau tunangan sama Jane, makanya rencana tunangan kami molor sampai dua tahun kemudian. Beberapa hari sebelum acara tunangan, aku ngelihat Chris dan Jane duduk berdua di cafe deket rumah kami. Aku cemburu. Jadi malemnya aku datengin Chris dan konfrontasi dia. Chris bilang dia nggak sengaja ketemu sama Jane akhirnya mereka ngopi bareng sebelum pulang. Tapi karena otakku udah di cuci sama Harper, aku nggak percaya sama Chris. Sehari sebelum acara tunangan, Chris datengin aku. Dia kembali yakinin aku kalau dia udah gak suka sama Jane, Chris bilang perasaan dia sama Jane itu hanya perasaan anak kecil sesaat. Aku udah nggak inget detailnya gimana tapi aku pukulin Chris. Walaupun saat itu Jane teriak-teriak supaya aku berhenti, aku tetep gak denger dan aku pukulin Chris sampai dia pingsan..."

"... Dec bawa Chris ke rumah sakit. Dan Jane marah sama aku. Kami berantem besar hari itu. Aku ngusir Jane dari rumahku. Jane pergi sambil nangis. Dia naik mobilnya dan pergi dari rumahku dengan kecepatan tinggi. Aku inget, Harper deketin aku dan dia rangkul pundak aku. Dia bilang aku nggak salah. Yang salah itu Chris, kalau Chris nggak suka Jane nggak akan ada kejadian kayak gini. Saat itu rasanya cuman Harper satu-satunya orang yang ngertiin aku. Nggak lama setelah Jane pergi, orang tua Jane telepon aku dan bilang kalau Jane kecelakaan. Aku dan Harper buru-buru ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Harper langsung peluk orang tuanya dan mereka bertiga masuk ke dalam ruangan Jane. Aku sendiri gak berani masuk, aku cuman duduk di depan ruangan Jane..."

"... Tiba-tiba Harper keluar dari kamar Jane dan meluk aku sambil nangis. Katanya Jane udah meninggal. Saat itu aku shock banget. Aku nggak bisa ngapa-ngapain. Aku nyalahin diriku sendiri, kalau aku nggak nyuruh Jane pergi Jane gak akan kecelakaan. Jane di kubur di hari itu juga, orang tua Jane gak mau lama-lama. Setelah semua orang pergi, Harper nyamperin aku yang masih berdiri di depan kuburan Jane. Harper bilang, Jane pengen pertunangan aku besok tetep dilakuin. Aku bingung, gimana caranya pertunangan kami tetep dilakuin sementara Jane udah nggak ada. Harper bilang, di pesan terakhirnya Jane nyuruh Harper untuk gantiin dia tunangan sama aku, katanya Jane gak mau acara yang udah dirancang gagal gitu aja dan mempermalukan keluarganya dan keluargaku. Karena rasa bersalahku pada Jane, seenggaknya aku mau ikutin pesan terakhirnya. Makanya aku tunangan sama Harper", jelas Mason


Aku baru ngerti, itulah kenapa Mason malah tunangan sama Harper. Ternyata bukan karena Mason dan Harper saling suka, tapi karena Mason mau ikutin pesan terakhirnya Jane. Oh my God... Ternyata ini lebih complicated dari apa yang aku bayangin.

 Ternyata ini lebih complicated dari apa yang aku bayangin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Game in Play (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang