Chapter 44

2.9K 194 3
                                    

GALINA


Dalam sekejap Mason udah ada di sebelahku. Dia duduk di pinggir kasurku dan dengan hati-hati dia memelukku. Aku balas memeluk Mason. Mataku terpejam menikmati pelukan Mason. Nggak ada satupun kata yang keluar dari bibir kami. Tanpa kami sadari, Flo dan Laura udah keluar dari ruanganku.

Terdengar isakan Mason di telingaku. Mendengar itu aku jadi ikutan nangis. Aku memeluk Mason lebih erat dari sebelumnya sambil mengusap-usap punggungnya. Setelah isakannya reda, Mason melepas pelukan kami.

Matanya yang masih berair menatapku. Aku tersenyum kecil lalu mengusap air mata yang mengalir di pipinya. Sebelah tangan Mason mengusap pipiku. Ku lihat tangan Mason yang lainnya dibelit perban dan memakai penyangga.


"Hi", sapanya dengan suara bergetar

"Hi", balasku


Air mata Mason mengalir lagi. Hatiku sakit melihatnya.


"Stt.. Don't cry", ucapku sambil kembali menghapus air mata Mason

"I thought I would lose you. That was.. scared me like hell", ucap Mason lirih

"Mase.."

"Saat itu aku bener-bener takut. Aku belum pernah setakut itu seumur hidupku"

"Udah, Mase.. Kita bahas ini nanti ya. Yang penting kita sama-sama disini sekarang", ucapku sambil mengusap pipi Mason


Mason mengangguk. Matanya nggak lepas dari mataku. Aku sebenarnya salah tingkah juga sih ditatap kayak gitu sama Mason.


"Does this hurt?", tanyaku sambil mengusap penyangga tangan Mason

"No", jawab Mason

"Bohong", ucapku sambil memicingkan mata. Mason terkekeh pelan

"Beneran. Masih bisa aku tahan sakitnya. Leher kamu pasti gak nyaman ya sekarang? Kamu dapet beberapa jahitan"

"Lumayan. Tadi suster bilang aku belum boleh terlalu sering gerakin leher", aku secara refleks menyentuh penyangga leherku

"I'm sorry...", ucap Mason penuh penyesalan

"Bukan salah kamu"

"Salah aku. Ini semua salah aku. Kamu jadi kayak gini juga karena aku", ucap Mason sambil menunduk


Aku menghela nafas. Sebaiknya aku mengalihkan pembicaraan.


"Kamu dari mana aja tadi? Kenapa gak istirahat?", tanyaku

"Ada beberapa hal yang harus aku urus. Aku harus ketemu polisi, ketemu manager, ketemu pengacara, yeah... That kind of stuff", jawab Mason

"Pasti berat buat kamu", aku mengambil tangan Mason untuk aku genggam

"Apapun akan aku lakukan supaya psikopat itu mendekam selamanya di penjara", ucap Mason penuh emosi


Mason tiba-tiba menatapku dengan sedih. Tangannya mengusap pipiku


"She hurt you.. She hurt your feelings, she slapped you in your face, she hurt your neck... Fuck!"

"Mase.. Aku udah gak apa-apa sekarang. Dan dari mana kamu tau dia tampar aku?", tanyaku. Mason kan turun pas aku udah di dapur

Game in Play (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang