Chapter 23

3.3K 188 0
                                    

GALINA


Dua minggu udah berlalu semenjak terakhir Mason mengumumkan kalau dia jadi bagian tim nasional Inggris lagi. Sejak minggu lalu Mason sibuk mengurus segala macam urusan dan dokumen untuk piala dunia yang akan di langsungkan di Qatar.

Karena aku udah gak ada kerjaan di London, jadi Maggie mengajakku untuk ikut ke Qatar demi mendukung Mason. Mason yang mendengar saran ibunya jangan ditanya, langsung antusias. Jadi Minggu lalu Mason udah meminta passportku dan segala dokumen yang mungkin dibutuhkan untuk mengurus visa dan tiket pesawat.

Aku udah pasrah aja. Toh aku juga gak ada kerjaan di sini. Mami sama Papi juga udah ngizinin aku untuk pergi karena Maggie dan Bill juga ikut pergi.

Hari ini aku dan Mason akan pergi ke training groundnya Jelsy FC untuk ngambil passport kami yang katanya udah bisa di ambil. Sekalian Mason mau ngambil perlengkapan untuk World Cup juga.

Training ground Jelsy FC letaknya ada di luar kota London. Nggak terlalu jauh sih, kalau di Indonesia tuh kayak Jakarta-Bekasi atau Bandung-Cimahi gituuu.. Karena training ground tim nasional Inggris jauh ada di perbatasan antara Inggris dan Skotlandia, jadi segala dokumen dan perlengkapan lainnya dikirim ke training ground masing-masing klub, supaya pemain dari berbagai klub nggak harus jauh-jauh ke training ground tim nasional Inggris. Termasuk juga untuk pemain yang masuk ke tim nasional negaranya masing-masing.

Masuk bulan Desember udara udah semakin dingin. Ku lihat di luar jendela kalau salju menumpuk di sisi jalan, kemarin emang habis turun salju cukup lebat. Mason cerewet banget supaya aku pake baju yang tebel karena dia gak mau aku sakit. Katanya kalau aku sakit nanti jadi gak bisa nemenin dia ke Qatar.

Setelah perjalanan yang lumayan panjang, aku dan Mason sampai di training ground Jelsy. Ku lihat udah ada beberapa pemain Jelsy ada disana. Mason menggenggam tanganku sebelum kami berjalan masuk ke dalam gedung.

Kata Mason, ada 12 pemain Jelsy yang dipanggil oleh tim nasional negaranya masing-masing. 5 orang untuk tim nasional Inggris, 2 orang tim nasional Perancis, 2 orang tim nasional Senegal, 1 orang tim nasional Brazil, 1 orang tim nasional Argentina dan 1 orang tim nasional Amerika.

Ku hitung ada 9 orang yang udah ada disana. Beberapa aku kenal karena dulu pernah kenalan. Aku juga melihat beberapa pemain membawa pasangan masing-masing.

Lalu pintu terbuka dan satu orang lagi datang. Aku nggak pernah ketemu dia sebelumnya. Tubuhnya menjulang tinggi, mungin 2 cm lebih tinggi dari Mason. Semakin dekat, wajahnya semakin jelas. Gilaaa.. Ganteng banget!! Rambutnya ikal berwarna coklat tua, matanya seperti campuran warna abu dan coklat yang indah banget, hidungnya mancung, bibirnya tipis melengkung seakan-akan dia sedang tersenyum, ada bulu-bulu halus di sekitar pipi dan rahangnya yang tegas. Eh... Ketika dia senyum, ada dua lesung pipi di kedua pipinya yang bikin dia kelihatan ganteng sekaligus manis.


"Mase", panggilku

"Mm?", gumam Mason yang sedang melihat ponsel

"Itu siapa? Kayaknya aku belum pernah ketemu", tanyaku pada Mason


Mason segera mengalihkan tatapannya mengikuti arah yang aku tunjuk. Seketika raut wajah Mason berubah. Rahangnya mengetat dan wajahnya berubah galak. Apa aku salah tanya?


"Kamu gak usah tau siapa dia", ucap Mason tajam

"Kenapa?", tanyaku bingung. Kan aku cuman tanya, bukan berarti aku mau selingkuh

"Pokoknya gak usah tau. Nggak semua pemain di Jelsy orang baik, salah satunya dia. Pokoknya kamu jangan tanya-tanya dia lagi dan jangan deket-deket sama dia", kata Mason dengan nada datar

Game in Play (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang