29. Berdua Bersamanya

13 2 0
                                    

Dika kini tengah bersama ketiga temannya. Seperti biasa, mereka berkumpul di kafe sepulang sekolah. Tanpa adanya Alvina, tentu saja.

Namun, ada yang berbeda kali ini. Tongkrongan yang biasanya ramai itu kini hanya dihiasi ocehan Joshua. Perbedaan ini jelas sangat kontras dari biasanya. Hingga membuat Joshua yang tidak peka menyadari perubahan dua orang di sana.

Sedangkan Dika, sedari tadi lelaki itu tampak tak tertarik dengan pembahasan teman-temannya. Dia tampak fokus dengan ponselnya. Sesekali tersenyum tanpa alasan seperti orang gila.

Satu orang lagi yang berubah adalah Joseph. Lelaki yang menjadi teman debat kembarannya itu tak henti menancapkan tatapan tajamnya pada Dika. Yang mana mungkin saja orang yang ditatapnya itu sama sekali tidak menyadari.

Mengesalkan sekali rasanya. Joseph tahu, Dika memang sesempurna itu. Dia tampan, kaya, pintar, berwibawa, dan masih banyak kelebihan Dika yang lain. Tapi tak bisakah kesempurnaan itu menghilang sejenak? Setidaknya di mata Alvina.

Seumur hidupnya, Joseph tidak pernah menyukai seseorang. Jika ia menggoda seorang gadis, itu hanya sebuah candaan saja. Baru kali ini ia merasakan jatuh cinta. Dan gadis beruntung itu adalah Alvina.

Selama ini, Joseph tak pernah mempermasalahkan mengenai orang-orang yang menyukai Dika. Ketika ada yang mendekatinya hanya untuk batu loncatan mendekati Dika, Joseph hanya diam. Juga ketika para gadis yang mendekatinya berubah haluan ketika bertemu Dika.

Joseph tak masalah, sungguh. Sebab tak ada setitik pun perasaan untuk Dika. Tapi untuk yang satu ini, Joseph hampir gila rasanya.

Kembali lagi pada si sulung Mahardika. Lelaki itu kembali tersenyum saat mendapati notifikasi dari gadisnya.

Lala

Kak Dika lagi apa?

Lagi nongkrong di cafe sama yang lain. Kenapa?

Nongkrong sama temen terus. Sama aku kapan?

Dika terdiam di tempatnya. Membeku seketika. Ini ... benar-benar Lala?

Dika tidak tahu mengapa, tapi rasanya sangat aneh. Lala yang ia kenal adalah gadis pemalu dan tak berani memulai. Lantas bagaimana si jenius SMA Major itu dapat dengan santai mengirimkan pesan seperti itu?

Dika keluar dari ruang obrolan. Mengecek siapa tahu ia salah menekan ruang obrolannya dengan orang lain. Tapi tidak ada hasilnya. Mau seberapa kali pun Dika mengulang, pesan itu tetap berada di ruang obrolannya dengan Lala.

Joshua yang melihat tingkah aneh Dika semakin heran. Dia sangat menyadari jika temannya itu terlihat begitu terkejut. Tapi sepertinya bukan hal yang buruk, sebab temannya itu terlihat antusias. Hm, seperti orang kasmaran.

Eh? Kasmaran? Jangan-jangan- Sudah pasti benar! Joshua cukup peka untuk menyadari bahwa Dika tengah kasmaran. Buktinya? Lelaki itu kini tersenyum lebar menatap ponselnya.

Lala

Kak, maaf. Aku cuma bercanda.

Maaf kalau buat kakak risih karena aku sok deket.

Dika tersenyum lebar. Pesan Lala selanjutnya ini membuatnya sadar jika yang tadi benar-benar gadis itu. Tak ingin gadis itu semakin gelisah, Dika segera membalas pesannya.

Eh? Nggak kok.

Gue tadi ngobrol dulu sama temen, makanya baru bales.

Maaf ya, Cantik.

Btw, gue nggak suka nongkrong berdua. Kita dinner aja gimana?

A ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang