Walaupun belum bisa pulang ke rumahnya, mengingat situasi belum kondusif, Alvina tetap pergi ke sekolah. Gadis itu mengenakan seragam baru yang dibelikan oleh Joseph. Untungnya, Alvina menyimpan banyak buku di sekolah. Sehingga ia tidak perlu pulang hanya untuk bersiap.
Seperti biasa, Alvina kini sedang duduk bersama Dika dan kawan-kawan. Tidak ada yang berubah dari mereka. Joseph dan Dika juga kembali normal. Tak ada lagi yang sibuk sendiri.
Ah, ralat. Dika memang sudah tidak sibuk dengan ponselnya atau tersenyum tanpa alasan. Tapi lelaki itu masih saja tidak fokus.
"Lagi nyariin siapa, Kak?" tanya Alvina.
"Eh? Nggak, kok. Kenapa emangnya?" jawab Dika gelagapan. Dia dengan segera melanjutkan acara makannya.
"Ya gapapa, sih. Cuma aneh aja ngeliat lo nggak fokus makan. Padahal biasanya lo paling nggak suka lirik sana-sini."
Dika terdiam mendengar celetukan Alvina. Apa yang dikatakan sahabat perempuannya itu adalah kenyataan. Jadi tak ada celah baginya untuk mengelak.
Dika memilih pamit untuk mengembalikan piring. Tanpa laki-laki itu sadari, Alvina masih terus mengikutinya walaupun hanya dengan tatapan. Mulai dari saat lelaki itu mengembalikan alat makannya, hingga berbicara dengan seorang gadis yang ia kenal betul. Ica, sahabat dari Lala.
Alvina jadi bertanya-tanya. Dari mana Dika mengenal Ica? Mengapa gadis itu begitu beruntung? Sudah mendapatkan hidup yang Alvina inginkan, sekarang malah dekat dengan sahabatnya.
"Kenapa ngeliatin Dika segitunya?" tegur Joshua yang tentu saja membuat Alvina terkejut. Dia tidak sadar jika duo kembar sedari tadi memperhatikannya. Sedangkan Suryo masih sibuk dengan makanan dan ponselnya.
"Ah, gapapa hehe. Penasaran aja, soalnya sikap dia aneh banget."
Untunglah, percakapan itu cepat selesai. Karena tak lama setelahnya, Dika kembali ke meja.
"Guys, gue duluan ya ke kelasnya? Ada urusan," pamit Dika begitu saja. Lelaki itu pergi tanpa menunggu jawaban dari teman-temannya.
Ketiga sahabat Dika kini sibuk dengan kegiatan masing-masing. Berbeda dengan seorang perempuan yang matanya masih terfokus pada satu objek. Keningnya mengkerut saat Dika justru mampir ke stan batagor.
Dika tidak suka makan batagor, jadi kemungkinan besar lelaki itu sebentar lagi akan pergi untuk menemui seseorang. Memberikan batagor itu kepada seseorang yang sangat menyukainya, Lala.
🌷🌷🌷
Alvina merasa tidak enak sebab harus terus-terusan menyusahkan Joseph, jadi rencananya gadis itu akan pulang hari ini. Agar tidak dimarahi, Alvina memilih untuk meminta tolong kepada Dika. Nantinya, dia bisa beralasan bahwa beberapa hari ini menginap di rumah lelaki itu.
Karena itulah saat ini Alvina sedang dalam perjalanan menuju kelas Dika. Ketika dia sampai, hanya tersisa sebagian di dalam sana. Termasuk beberapa sahabat Dika yang masih duduk di bangkunya masing-masing.
"Kak Joseph," panggil Alvina sembari memasuki kelas. Dia berusaha untuk tidak canggung lagi dengan kakak kelasnya itu. Anggap saja kejadian di rooftop saat itu tidak pernah terjadi.
"Kenapa, Vin?" Joseph bertanya heran. Pasalnya, selama ini Alvina tak pernah menghampirinya ke kelas. Kemarin saat pulang bersama menuju apartemennya saja, ia yang menghampiri gadis itu.
"Kak Dika mana?"
Kan.
Apa Joseph bilang tadi? Alvina tidak pernah menghampirinya ke kelas. Gadis itu hanya akan mencari sahabatnya, Dika.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Reason
Teen Fiction[Sequel Di Balik Sebuah Imajinasi] Menceritakan kisah dari sudut pandang berbeda. Alvina, seseorang yang selama ini dianggap menjadi antagonis dalam kisah hidup Lala ternyata menyimpan kenyataan pilu dalam hidupnya. Dika adalah satu-satunya tumpuan...