64. Akhir

22 1 0
                                    

Tiga bulan semenjak insiden kecelakaan Alvina. Dua bulan setelah gadis itu keluar dari rumah sakit. Satu bulan setelah perjodohan Alvina dan Andika dibatalkan. Juga satu hari setelah sidang perceraian terakhir Firda dan Haidar.

Hari ini, Firda dengan resmi menyandang status janda setelah bercerai dengan Haidar. Perceraian itu awalnya alot, tapi Firda sama sekali tak gentar. Dengan kekuatan yang dia kumpulkan selama belasan tahun diselingkuhi, Firda akhirnya bisa melawan.

Firda bukan wanita yang benar-benar bodoh. Dia adalah gadis pintar dulunya. Hanya saja Haidar memanipulasinya atas nama cinta.

Setelah mengetahui Haidar memiliki wanita lain, Firda tak langsung pergi. Dia tahu kondisinya tak memungkinkan. Dia tidak punya siapa-siapa lagi. Harta pun dikuasai oleh suaminya.

Haidar tak mungkin membiarkan namanya buruk begitu saja. Jika Firda menceraikannya saat itu juga, bisa saja Haidar malah menuduhnya sebagai penyebab perceraian. Kebenaran bisa dibeli dengan uang. Haidar mampu melakukan apa saja untuk mempertahankan reputasinya.

Firda memilih untuk mempertahankan rumah tangganya. Dalam hati, dia selalu berharap Haidar akan kembali mencintainya. Dia berharap jika Haidar akan meninggalkan selingkuhannya dan kembali padanya.

Namun, bukan berarti Firda diam saja. Otaknya masih mampu untuk berpikir rasional. Dia sadar jika kemungkinan Haidar kembali padanya sangat kecil.

Lebih dari sepuluh tahun belakangan, Firda mulai kembali membangun koneksi. Dia menghubungi teman-teman lamanya dan meminta maaf karena sudah menjauhi mereka, tentu saja tanpa diketahui oleh suaminya. Firda juga membangun koneksi dengan wanita-wanita sosialita lainnya.

Selama sepuluh tahun ini pula, Firda mencoba mengamankan hartanya sedikit demi sedikit. Banyaknya uang yang diberikan Haidar ia gunakan untuk berinvetasi. Dia juga mengizinkan Haidar untuk lebih lama tidak pulang dengan syarat membelikannya beberapa aset seperti rumah dan mobil atas namanya.

Siasat Firda itu akhirnya berguna juga. Sudah cukup selama sepuluh tahun lebih ini dia menjadi orang bodoh yang terus mengharapkan suaminya kembali. Kini, Firda bisa hidup tenang tanpa takut membawa Alvina pada kesengsaraan.

Dengan bantuan teman-temannya, Firda akhirnya mampu mengajukan perceraian. Bukti perselingkuhan sudah banyak ia kumpulkan. Sehingga Haidar tak lagi bisa mengelak.

"Mama!" Teriakan Alvina yang kini tengah berlari menuruni tangga itu membuyarkan lamunan Firda.

"Jangan lari-lari, Alvina!" pinta Firda. Wanita itu menggeleng melihat kelakuan anaknya.

"Hehehe." Alvina hanya mencengir setelah sampai di hadapan Firda.

Alvina memeluk ibunya erat. Gadis itu ikut duduk di samping ibunya. Menetralkan napasnya sejenak.

"Kamu kalau peluk-peluk begini pasti lagi ada maunya." Firda merangkul Alvina dengan tangan kirinya. Membiarkan sang anak bersandar di bahunya.

Alvina menegakkan tubuhnya. Membuat rangkulan Firda terlepas. Gadis itu memicingkan mata menatap Firda.

"Mana ada? Aku emang suka dipeluk-peluk tau. Mama aja yang nggak mau peluk aku." Alvina memanyunkan bibirnya.

Firda tertawa menatap anaknya yang merengut lucu. Wanita itu langsung memeluk erat anaknya. Menciumi puncak kepalanya.

"Mama mau peluk-peluk kok. Kata siapa mama nggak mau peluk Vina?"

Keharmonisan ibu dan anak itu terganggu kala bel rumah berbunyi. Alvina sontak berdiri. Sedangkan Firda masih diam di tempat.

"Kayaknya itu Kak Joseph deh. Soalnya aku janjian mau keluar hari ini," celetuk Alvina.

Firda mendengus. "Tuh, kan ada maunya. Janjian sama cowok nggak izin mama dulu. Peluk-peluk biar diizinin 'kan?"

A ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang