43

1K 26 2
                                    

halooo

~~~

"Woe bro?"

Seseorang tiba - tiba saja menyapa Arvind yang kebetulan sedang membeli martabak, pesanan Keyla.

Arvind berbalik menatap aneh Rey dan Vania yang sedang bersama sambil Rey yang merangkul Vania.

Rey bersalam ala lelaki dengan Arvind.

"Buset, Udah lama banget gue engga liat muka jelek lo."

Vania memukul bahu Rey. "Eh apaan! Mukanya Pak Arvind ganteng, ya! Muka lo tuh kek pantat panci."

Rey mengerucutkan bibirnya, sok imut. "Yaangg, kok kamu gituu."

Vania menutup muka Rey dengan tangannya karena merasa jijik melihat pria itu sok imut.

"Pacaran?"

Rey dan Vania menatap Arvind yang terlihat bingung melihat mereka berdua.

"Iya"

"Gak"

Vania menatap Rey tajam. "Gue belum terima elo, ya!"

Rey menghela napas lesu. "Terus kapan terimanya, Ayangg"

Arvind bergidik ngeri melihat Rey bersikap seperti itu.

"Najis, Rey!"

"Betul tuh, Pak!" setuju Vania memberi Arvind jempol.

Rey menatap Arvind sinis. "Sirik aja lo babi! Makanya tuh muka jangan kaku kaku amat. Engga bisa manja - manja kan lo sama istri lo!"

Arvind ikut menatap Rey sinis. "Istri saya yang manja, bukan saya."

"Elleh, sesekali coba kek gitu manja, pasti istri elo senengnya kebangetan."

"Udah." acuh Arvind.

Rey membulatkan matanya menatap Arvind tak percaya "Hah? Serius lo? Buset! Pasti Ke---"

Arvind menginjak kaki Rey sebelum pria itu menyelesaikan ucapannya.

Rey cengar - cengir menatap Vania yang terlihat bingung. "Maksudnya, pasti istri lo seneng banget!"

Vania menatap Rey aneh sementara Arvind masih menatapnya tajam.

Rey menggaruk kepalanya yang tak gatal merasa canggung dengan tatapan mereka berdua.

Vania menatap Arvind. "Pak Arvind ke sini sendirian aja?"

"Iya."

"Yahh, padahal aku penasaran banget sama istri Pak Arvind." lesu Vania.

Rey mengacak rambut Vania. "Engga usah terlalu penasaran, lo mungkin udah liat dia beberapa kali,"

Vania terkejut mendengar itu. "Hah? Emang iya? Istrinya Pak Arvind aku kenal?"

Rey dan Arvind saling tatap lalu mengangguk. Membuat Vania semakin penasaran.

Vania menatap Arvind penuh selidik. Tiba - tiba satu nama muncul di otaknya.

"Jangan - jangan istrinya Pak Arvind, Bu Bryli, ya?!"

Arvind terkejut dengan tuduhan itu.

Vania mengangguk - ngangguk memaklumi.

"Udah kentara sih, kok bisa Pak Arvind mau - mau aja antar Bu Bryli ke kelas, bukannya itu tugasnya kepala sekolah, ya."

Rey menatap Vania penasaran. "Beneran, Arvind ngelakuin itu?"

"Iya bener! Dia juga kek akrab banget sama Bu Bryli."

"Buset, Vind! Lo selingkuh?!" Rey memegang bahu Arvind dengan kuat.

KEYLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang