51

1.1K 24 2
                                    

enjoyy

~~~

Keyla kembali masuk ke dalam rumah. Ia duduk di sofa sambil menatap Farhan dengan canggung.

Farhan pun sama, namun ia membuka suaranya. "Ayo ke taman belakang."

"Hah, ngapain?" Keyla tentunya bingung dan juga kaget saat Farhan memanggilnya ke belakang rumah.

"Emang gapapa di sini?" Farhan bertanya balik.

Keyla mengedarkan pandangan. Benar juga,  kalau tetap di sini pasti suasananya bakal canggung, apalagi hanya mereka berdua yang berada di sini.

"Oh, yaudah."

Akhirnya mereka berdua berjalan menuju taman belakang yang berada di belakang rumah Keyla. Berhubung mulai gelap, Keyla menatap takjub cahaya senja yang mulai menghilang.

Terdapat lampu tiang sehingga tidak terlalu gelap. Keyla maupun Farhan duduk di kursi yang berada di sana.

"Jadi?" Keyla menatap Farhan dengan serius.

Hal itu membuat Farhan gugup dan salting karena di tatap oleh Keyla. Pria itu lebih dulu menarik nafas panjang, sebelum akhirnya membuka suara.

"Gini, Key,"

"Ya?" Keyla benar - benar penasaran dengan apa yang akan di ucapkan oleh Farhan.

Meskipun di dalam hati, ia sudah bisa menebak. Tapi, Keyla menghiraukan tebakannya. Tidak mungkin kan?

"G-gue gak bisa, Key." Farhan menunduk.

"Hah, maksud lo?" Keyla bingung dengan Farhan sekarang.

Farhan memantapkan hatinya dan perlahan mendongak menatap mata Keyla.

"Lo gak berubah pikiran, Key?"

"Maksud lo?"

Entah sudah berapa kali Keyla mengeluarkan kalimat itu. Tapi, Farhan benar - benar membuatnya kebingungan.

"Maaf, tapi bisa gak lo lihat gue?"

Farhan membuang nafas kasar. Sebenarnya ia malu mengatakannya, tapi ia tidak bisa benar - benar melupakan Keyla.

Nama, wajah, dan suara gadis itu selalu memenuhi pikirannya.

"Han?"

"Lihat bagaimana gue segitu capernya ke elo?"

"Gue gak bisa, Key. Lo selalu ada di pikiran gue."

~~~

Rey menatap jengah ke arah Arvind yang masih saja tidur di kasurnya.

Dengan kertas yang berada di tangannya, Rey melempar hal tersebut ke arah Arvind membuat pria itu langsung membuka matanya.

"Pulang, deh, lo!" ucap Rey yang tentunya mendapatkan tatap datar dari Arvind.

"Ngusir?"

Rey memutar bola matanya malas. Selalu saja seperti itu kala Rey menyuruh Arvind pulang.

Rey heran, kenapa pria itu tidak pulang? Apakah ia tidak rindu pada Keyla? Padahal sudah beberapa hari Arvind tidur di sini.

Bukannya Rey tidak ikhlas sahabatnya tidur di sini. Tapi, kan dia punya rumah sendiri, mana punya istri lagi. Kalau kata Rey sih Arvind bego!

"Masalah lo sama Bryli 'kan udah kelar."

Arvind mengangguk acuh. "Tau."

"Terus kenapa belum mau pulang?!" Rey lama lama kesal juga dengan Arvind. Di kepala sahabatnya itu beneran ada otak kah? Rey jadi ragu sendiri.

KEYLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang