Star-1

817 85 11
                                    

'Kamu itu anak haram, makanya nggak ada yang suka sama kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Kamu itu anak haram, makanya nggak ada yang suka sama kamu.'

'Orang tua kamu aja ninggalin kamu sendiri.'

'Kamu bawa sial. Kasian papa mamanya mati gara-gara dia.'

'Jangan deket-deket ih...pergi sana. Dasar bawa sial.'

'Pembawa sial!'

Kata-kata itu begitu familiar terdengar di telinganya. Meski mencoba terbiasa, tapi tak dipungkiri hatinya selalu nyeri kala mendengarnya. Harsa merasakan lelah setiap harinya. Bukan hanya lelah karena pekerjaan yang ia jalani, tapi juga lelah pikiran dan hati.

Ditinggalkan kedua orang tuanya. Dibuang ke panti asuhan oleh paman dan bibinya. Serta dibenci oleh penghuni panti lainnya. Belum lagi dipaksa bekerja karena dirasa telah dewasa. Padahal tubuh dan usia baru beranjak remaja. Harsa inginnya memilih menyusul kedua orang tuanya. Tapi dia takut mendapat murka Tuhan-nya.

"Aku tidak pernah menyalahkan takdir-Mu Tuhan. Tapi rasanya begitu lelah."

Kembali dia mengadu pada Tuhan, satu-satunya yang masih ia miliki. Ia percaya Tuhan tidak akan memberinya kesakitan di luar kemampuannya. Rutinitas yang tak pernah ia lupakan. Berdoa di Gereja kecil setelah pulang dari pekerjaannya.

Usianya masih tiga belas tahun, empat belas tahun ini. Tapi beban yang ia bawa melebihi seorang kepala keluarga. Dia termasuk tertua di panti asuhan tempatnya tinggal. Dan masih banyak adik-adiknya yang kecil dan belum bisa mencari uang. Maka mereka yang telah beranjak dewasa mau tak mau harus membantu ibu panti mencari uang untuk makan sehari-hari dan membeli kebutuhan.

Ini bukan cerita dimana panti asuhan akan mendapat banyak sponsor dan donatur yang akan dengan senang hati menyumbang untuk kebutuhan. Kenyataan yang terjadi adalah para penghuni panti harus mencari sendiri uang demi memenuhi kebutuhan serta uang untuk sekedar makan. Dan Harsa termasuk di dalamnya.

Harsa telah tinggal di panti sejak usianya enam tahun. Total tujuh tahun dia tinggal di sana. Dari awal kehidupannya sudah buruk. Di panti dia juga tidak banyak diperhatikan. Meski wajahnya terbilang tampan, tapi tak banyak orang yang ingin mengadopsinya dengan banyak alasan. Mulai dari takut jika dirinya nanti akan merepotkan karena berwajah tampan dan banyak alasan tak masuk akal lainnya. Tidak ada istilah privilese orang tampan untuknya. Apalagi untuk dirinya yang tidak punya apa-apa.

Dengan langkah gontai, Harsa keluar dari gereja. Ini adalah sebuah Gereja kecil yang ada di pinggiran. Tidak jauh dari sana ada sebuah rumah peribadatan lainnya. Harsa kadang bertukar sapa dengan mereka karena remaja itu sering berkunjung ke gereja dan terkadang membantu membersihkan rumah ibadahnya tanpa diminta.

Harsa tak ingin pulang. Upah yang ia terima dari mengumpulkan sampah hari ini tidak seberapa. Pasti adik-adiknya akan mencuekinya karena tidak membawa banyak makanan seperti biasa. Padahal perutnya sendiri keroncongan belum makan sejak pagi. Tapi Harsa masih memikirkan nasib anak panti.

Little Star Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang