Star-4

560 82 10
                                    

"Hm?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hm?"

"Ini mama sama papa. Dan itu bang Hanz, bang Felix, sama bang Sky. Dan yang wajahnya datar itu bang Carel."

Arsean menatap satu per satu orang yang tadi disebutkan oleh wanita yang disebut mama. Dia tentu tahu papa dan mama karena keduanya paling sering menemaninya. Sedangkan untuk abang-abang yang disebutkan, dia baru bertemu dan mengenal Felix saja. Yang lainnya tentu asing baginya.

Mulai dari Hanz yang. Si kakak yang katanya kembar tertua itu memiliki wajah lembut seperti sang mama. Apalagi ketika tersenyum, begitu manis dan menenangkan. Lalu Felix yang memiliki wajah perpaduan antara papa dan mama. Senyumnya sehangat mentari pagi. Selalu membawa aura yang cerah dan bahagia.

Lalu Arsky, atau Sky. Wajahnya lembut namun juga tegas. Tatapannya tajam namun ada kelembutan di dalamnya. Sepertinya memang pendiam karena sedari tadi dia tak banyak bicara. Senyum pun hanya senyum simpul tidak seperti kedua kembarannya.

Lalu yang terakhir, si sulung Carel. Jika Sky terlihat dingin, mungkin Carel bisa dikatakan terlihat beku. Beberapa kali si sulung terlihat mencuri pandang ke arahnya, tapi langsung mengalihkan ketika mereka saling bertemu tatap. Namun Arsean tidak menemukan kemiripan antara Carel dengan kedua orang tuanya. Ada sedikit bagian Carel yang sekilas mirip sang mama. Mata tajam itu juga sama seperti sang papa namun berbeda.

Arsean menggelengkan kepala. Ah...kenapa malah memikirkan wajah para saudaranya mirip siapa. Padahal mereka semua asing untuknya. Namun gelengan kepala itu disalahartikan oleh semua. Mereka langsung memandang khawatir ke arahnya.

"Kenapa? Masih pusing ya? Langsung istirahat ke kamar aja ya?"

Kamar?

Ya. Sesi perkenalan ini dilakukan begitu Arsean tiba di kediaman keluarga Baizhan. Karena kondisinya yang membaik, Chandra meminta pada dokter agar si bungsu diperbolehkan rawat jalan saja. Karena Arsean tidak menyukai rumah sakit. Bukan tidak mungkin jika sewaktu-waktu bocah itu memilih kabur meski salah satu kakinya patah.

Dan dokter mengijinkan dengan banyak syarat. Ajaibnya si bungsu mendengarkan dengan khidmat tanpa mengeluarkan protes seperti biasanya. Mungkin karena hilangnya ingatan atau karena sebab lainnya yang Chandra maupun Eliana tak tahu.

"Pasti Sam masih capek. Biar istirahat dulu aja ma. Kenalannya bisa kapan-kapan." Ucap Carel karena tak ada jawaban dari Arsean.

Eliana mengangguk dan segera membawa kursi roda Arsean untuk menuju kamarnya. Dokter menyarankan agar si bungsu beristirahat cukup selama pemulihan. Termasuk tidak diijinkan untuk menggunakan kruk terlebih dahulu karena kondisi si bungsu yang tidak memungkinkan.

Begitu si bungsu berlalu bersama sang mama, Carel kembali membuka suara.

"Sam... bener-bener nggak inget ya?"

Chandra menatap putra sulungnya dan mengangguk. Rasanya memang aneh melihat Arsean yang begitu aktif dan banyak tingkah serta usil tiba-tiba menjadi pendiam melebihi Arsky. Tatapannya penuh kebingungan melihat seluruh anggota keluarga yang menyambutnya tadi.

Little Star Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang