Star-29

245 51 11
                                    

"Ugh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ugh..."

Kepalanya terasa begitu berat, atau ringan. Tapi tubuhnya masih terasa melayang, seperti mabuk jika dikatakan. Padahal dia tidak tahu bagaimana rasanya mabuk dan hanya mengasumsikan. Pandangannya berusaha mencari cahaya diantara remang. Dan satu kalimat terlintas dan kepala, ini bukan kamarnya.

Arsean segera berusaha bangkit, namun tak bisa. Tubuhnya seperti dipaku pada ranjang tempat berbaringnya. Ternyata memang ada tali yang mengikat tubuhnya. Sebuah gerak dari sudut ruang mengalihkan perhatian. Sosok itu menghampirinya yang masih berusaha mencerna.

Seringai kejam adalah yang pertama kali menyapa. Arsean berusaha mengingat siapa, tapi baru sadar jika dia tak mengenal semua.

"Kaget?"

Suaranya dingin dan begitu mengintimidasi. Orang yang terlihat berbahaya. Arsean mengalihkan pandangannya. Menatap orang itu lebih lama sungguh menakutkan. Tatapannya seperti menyiratkan dendam dan kebencian.

"Tak perlu diikat. Toh dia cacat dan tak bisa kemana-mana." Ucap lelaki itu sebelum beranjak pada seseorang lain di balik pintu.

Setelah lelaki itu pergi, seorang lelaki lain masuk untuk melepaskan tali yang mengikat kencang tangan Arsean. Ingin bertanya, tapi Arsean tak cukup punya nyali karena orang itu terus diam dan melakukan pekerjaannya. Setelah terlepas, laki-laki itu menggulung talinya dengan asal dan beranjak dari sana sebelum pertanyaan Arsean menahannya.

"Tuan...ini...dimana?"

Laki-laki itu hanya melirik tanpa berniat untuk menatap Arsean.

"Anda tidak perlu tahu."

Dan orang itu benar-benar pergi sebelum Arsenal kembali melayangkan pertanyaan. Pintu yang tertutup tak membuat perasaan Arsean membaik. Ruangan remang itu menjadi semakin menakutkan. Bukannya Arsean takut gelap, dia hanya tak menyukai kegelapan. Perasaannya selalu was-was karena dia tidak bisa melihat sekitarnya dengan jelas.

Pikirannya kini berusaha mengingat apa yang terjadi sebelumnya hingga ia bisa berakhir disini. Dia hanya membukakan pintu pada seorang kurir paket karena sebelumnya Felix berpesan kalau paket miliknya akan datang hari ini. Tentu Arsean mengira kurir itu mengantar paket milik sang kakak yang katanya barang penting untuk keperluan sekolah. Tapi setelah itu, Arsean tak bisa mengingat apa yang terjadi. Dia hanya membuka pintu dan menerima paketnya sebelum...

"Astaga..."

Arsean ingat jika kurir itu membekap hidungnya setelah memberikan bungkusan paket dan ia tak mengingat lagi apa yang terjadi setelahnya. Otaknya kembali berpikir apakah ini buntut dari pelaku pengintaian rumahnya tempo hari? Apakah tujuan dari mereka adalah menculiknya?

"Apa gunanya?"

Arsean hanya berpikir apa gunanya menculik dirinya yang cacat seperti ini? Dan lagi mereka sekarang tinggal di kawasan perumahan yang menengah, bukan mewah. Tidak mungkin kan mereka berpikir akan meminta tebusan yang besar? Apalagi melihat penampilan orang yang baru saja pergi tadi jelas terlihat jika lelaki itu adalah orang kaya. Atau karena dalang dari semua itu adalah musuh bisnis papanya dulu?

Little Star Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang