Star-48

276 46 24
                                    

Seperti mimpi ketika di sore hari ini ia bisa duduk dengan santai, sambil menikmati secangkir teh hangat bersama putra bungsunya di balkon lantai tiga dan menikmati pemandangan apa saja di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti mimpi ketika di sore hari ini ia bisa duduk dengan santai, sambil menikmati secangkir teh hangat bersama putra bungsunya di balkon lantai tiga dan menikmati pemandangan apa saja di sana.

Eliana mengamati figur si bungsu yang sedang asik sendiri dengan bukunya. Dari sini bisa ia lihat dengan jelas wajah Arsean. Perpaduan antara miliknya dan Chandra. Tanpa sadar bibirnya melengkungkan senyumnya.

Kembali menyeruput tehnya, Eliana bersyukur karena Tuhan masih memberinya kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Tuhan masih memberikan kesempatan padanya untuk merawat Arsean. Ia tidak bisa membayangkan jika putranya benar-benar pergi. Bukan hanya hatinya yang hancur, tapi juga keluarganya.

Karena Arsean adalah bintang kecil di keluarga mereka.

Tak peduli banyak yang mengatakan Arsean adalah anak nakal, anak bandel, anak brandal dan lainnya. Eliana lebih memahaminya sebagai ibu daripada orang-orang yang seenaknya saja memberi label pada putranya. Eliana yang berusaha menyembuhkan Arsean. Terkadang anak baik bisa berubah menjadi nakal karena pemberian label nakal dari orang sekitarnya. Bisa jadi mereka kesal dan kecewa, atau juga meminta perhatian. Dan Arsean adalah salah satunya.

Perlakuan dan pemberian label itu membuat Arsean berpikir jika ia memanglah anak yang nakal. Segala usaha yang ia lakukan demi mendapatkan citra baik nyatanya tak berguna. Niat baiknya selalu disalah artikan. Walaupun Arsean yang di cap sebagai anak nakal, tapi dia juga yang mendapat perundungan. Perlahan dan pasti semua perlakuan itu membuatnya menutup diri dan merubah sifat. Namun Arsean tidak akan pernah memulai masalah lebih dahulu. Ia hanya akan membalas jika ada yang benar-benar keterlaluan padanya. Sayangnya penolakan dan hujatan dari sang nenek benar-benar membuatnya jatuh. Arsean menjadi sosok keras demi menutupi kerapuhannya.

"Ma?"

"Hah? Iya?"

Eliana mengerjap dan sedikit linglung akibat terlalu banyak melamun. Dia kemudian menatap Arsean yang memandang khawatir padanya.

"Mama nggak apa?"

Terlihat sekali jika Eliana sedang memikirkan hal yang berat. Hal itu yang membuat Eliana khawatir.

"Enggak. Emang kenapa?"

Banyak pertanyaan yang ingin Arsean layangkan. Namun ia memilih menggeleng dan diam. Tak ingin sok tahu dengan urusan orang tuanya.

"Udah selesai baca bukunya?"

Eliana balik bertanya karena melihat buku yang tadi dibaca si bungsu telah tertutup di atas meja.

"Udah. Udah bosen bacanya."

Sang mama hanya tersenyum. Ia tahu jika kegiatan Arsean selama berada di rumah hanya membaca buku pelajaran. Sesekali putranya itu akan membaca buku novel terjemahan yang menurutnya begitu berat untuk sekedar menyegarkan otak. Yah...dia memang tidak begitu suka membaca. Tentu sifat Arsean yang ini menurun dari Chandra yang begitu rajin membaca buku apa saja.

Little Star Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang