Star-8

414 71 14
                                    

Hidupnya monoton

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hidupnya monoton. Bahagia tapi ada yang kosong dihatinya. Ini bukan kehidupannya. Dirinya adalah Harsa Bagaskara, bukan Arsean Samantha. Tapi tiap kali berusaha mengingat kembali tentang Harsa, otaknya seakan menolak. Mungkin karena ini adalah tubuh Arsean, hingga menolak untuk selalu memikirkan orang lain. Cukup masuk akal.

Dia tidak diijinkan melakukan apapun. Semua dibantu oleh mama dan abang-abangnya. Ada rasa sungkan, namun tidak bisa melakukan apa-apa. Arsean bahagia, namun merasa semua tak pantas untuknya. Rasa bersalah pada jiwa Arsean yang asli tetap ada. Apalagi tak tahu berada dimana entitasnya.

Banyak pertanyaan yang bersarang di kepalanya, tapi tiap kali memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan itu, maka sakit kepala hebat akan menyerangnya. Terkadang dia juga lupa siapa Harsa Bagaskara dan bagaimana masa lalunya. Entahlah...apa takdir sedang bermain-main dengannya, Arsean tak ingin menerka-nerka.

Kembali pagi ini, dia harus kembali terbangun dengan kondisi demam dan kepala yang begitu berat. Tubuh yang ia tempati kini sepertinya begitu lemah. Padahal kemarin malam hanya sedikit memikirkan apa yang harus ia lakukan agar bisa kembali ke dunianya, malah berakhir pening yang menimpa.

"Sam...makan dulu yuk. Habis itu minum obat biar enakan."

Dan yang membuat Arsean semakin merasa tidak enak, karena setiap dirinya sakit, maka Eliana tidak akan beranjak dari sisinya. Semua kebutuhannya akan disiapkan, bahkan mungkin wanita itu tidak akan tidur sebelum memastikan Arsean baik-baik saja.

Lihatlah mata yang sedikit memerah serta lingkaran hitam di bawah matanya itu. Tatapan penuh kelembutan serta kelelahan yang amat sangat. Arsean ingin berkata jika Eliana tak perlu melakukan semuanya. Dia baik-baik saja meski tubuhnya sedikit tak mendukung kondisinya. Sayangnya, terkadang rasa egoisnya muncul. Ingin sekali ia serakah dengan tak memikirkan semuanya selain menjalani hidup bahagianya kini.

Manusiawi. Ia tak pernah lagi merasakan bahagia sejak ditinggalkan kedua orang tuanya. Pun di panti yang katanya bisa menggantikan peran kosong keduanya, malah memaksanya untuk cepat menjadi dewasa. Ia tak ingin mengeluh, meski menjadi dewasa begitu cepat itu sungguh luar biasa melelahkan baginya. Ia masih ingin bermanja, tapi sadar sudah tak memiliki siapa-siapa. Baginya sejak itu, hidup adalah bagaimana cara bertahan dan tetap menjaga kewarasan.

"Hei...kok ngelamun terus?"

Ah...terlalu larut dalam pikiran. Arsean lupa jika Eliana masih ada di sana sedang menyuapi dirinya dengan begitu telatennya. Jika di panti, jangankan disuapi, diberi makan saja rasanya tidak mungkin meskipun dirinya sakit.

Ngiiingg.

Lagi.

Tiap kali mengingat masa lalu, kepalanya kembali pening seperti dihantam palu dengan keras hingga telinganya berdenging. Rasanya tiba-tiba dunia berputar dan akan rubuh menimpanya. Tanpa sadar tangannya mencengkram tangan Eliana yang berusaha menghapus noda bubur di bibirnya.

Little Star Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang