Star-42

247 44 13
                                    

Hari-hari berjalan seperti biasa untuk orang-orang, terasa begitu cepat dan meninggalkan waktu di belakangnya tanpa mau tahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari-hari berjalan seperti biasa untuk orang-orang, terasa begitu cepat dan meninggalkan waktu di belakangnya tanpa mau tahu. Setelah kebahagiaan sempat terlihat di wajah anggota keluarga Baizhan karena berita Chandra yang telah sadar dan kondisi yang membaik setiap harinya, kini mereka kembali suram dengan kondisi si bungsu yang tak kunjung sadar.

"Tidak ada komplikasi atau kondisi yang serius." Kata dokter.

"Tapi kenapa Sam belum bangun sampai sekarang?"

"Itu...bisa jadi karena Sean tidak mau bangun."

Dari sedikit percakapan antara Carel dan dokter yang Eliana dengar, wanita itu bisa menyimpulkan kondisi Arsean cukup mengkhawatirkan. Arsean tidak ku koma, namun juga tidak bisa dikatakan baik. Putra bungsunya hanya akan bangun ketika dirinya menginginkan untuk bangun. Tapi jika tidak...

"Apa mimpi kamu terlalu indah sampai kamu nggak mau bangun, Sam?" Tanya Eliana sembari mengusap surai sang putra yang mulai memanjang.

"Dunia terlalu jahat ya? Mama yang udah janji buat selalu lindungi kamu pun akhirnya nggak bisa berbuat apa-apa." Sambungnya lagi.

Hati ibu mana yang tidak sedih ketika melihat buah hatinya berbaring tak berdaya tanpa tahu kapan akan terbangun dari tidurnya. Apalagi ia sendiri penyebab Arsean menderita seperti ini.

"Andai bisa, mama ingin menggantikan kamu menerima semua rasa sakit itu."

Ya. Andai saja mungkin, Eliana pasti akan memindahkan semua rasa sakit itu pada dirinya sendiri. Apalagi untuk Arsean yang sedari kecil telah menerima rasa sakit akibat penolakan. Semesta tak pernah kekurangan cara untuk menyakiti putra kecilnya.

"Kamu itu kesayangan semua. Kebanggaan mama dan papa. Abang-abang juga sayang kamu."

Sekalipun hampir seluruh dunia menghujat, menghinanya, tapi Arsean masih memiliki keluarga yang menyayanginya, selalu siap membantunya. Tapi ucapan-ucapan dari orang-orang berhasil membentuk pemikiran untuk Arsean jika dia hanyalah pembuat onar, anak nakal, anak penyakitan, dan titel buruk lainnya. Ucapan yang mungkin biasa orang lain lontarkan sebagai bentuk candaan, namun berdampak besar pada orang yang menjadi korban.

"Sam anak baik kan? Katanya mau jadi dokter. Bangun yuk nak. Mama kangen lo."

Suara Eliana berubah parau. Dia mati-matian menahan tangis. Kerinduannya akan kehadiran Arsean disisinya benar-benar mampu membuat hatinya campur aduk. Benar sekarang raga sang putra ada di sampingnya, namun tidak dengan jiwa Arsean yang masih tertidur di dalam sana entah sampai kapan.

"Papa kangen. Bang Carel juga. Bang Hanz kangen digangguin kamu. Bang Felix kangen kuenya kamu cemilin sampai habis. Bang Sky juga kangen tidurnya kamu gangguin. Semuanya kangen kamu sayang. Bangun ya. Istirahat dulu nggak apa. Tapi nanti kalau udah kuat bangun ya nak. Mama kangen. Kangen banget."

Eliana menunduk dan membekap mulutnya. Andai saja ia melihat, tepat saat dirinya menunduk, setetes air mata jatuh dari sudut mata kanan putra bungsunya.

Little Star Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang