Star-23

310 51 4
                                    

Arsean berkali-kali melirik pada Arsky yang kini sedang sibuk mengerjakan sesuatu di laptopnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arsean berkali-kali melirik pada Arsky yang kini sedang sibuk mengerjakan sesuatu di laptopnya. Abangnya itu pulang lebih cepat dari biasanya. Bahkan lebih cepat daripada Felix yang biasanya pulang paling awal.

"Ngapain lirik-lirik?" Tanya Arsky dengan netra yang masih fokus memandang layar laptop.

Arsean menggeleng, padahal si abang tidak melihat. Mengenyahkan rasa herannya, Arsean memilih untuk memandang ke depan. Dari posisinya kini, dia bisa melihat sebuah mobil terparkir di depan rumah kosong, di seberang rumahnya.

"Mobilnya beda lagi. Biarin aja. Jangan bikin pergerakan berlebih." Arsky berucap lagi.

Meski kemungkinan dari luar tidak bisa melihat ke dalam, tapi Arsky hanya ingin berjaga-jaga. Apalagi posisinya kini hanya berdua dengan Arsean. Eliana beberapa hari ini sibuk membuat pesanan dan mengantarkannya sendiri. Yah sebagai tambahan untuk membantu keuangan keluarga, wanita itu memilih membuka usaha katering kecil-kecilan. Pelanggannya sementara ini hanya orang-orang dari percetakan Chandra. Tapi dengan semangat Eliana mengerjakan semuanya.

Meski lumayan sibuk, Eliana tidak pernah akan meninggalkan Arsean di rumah sendiri. Dia hanya akan pergi berbelanja atau mengantar pesanan jika ada yang menemani Arsean yang di rumah. Dan jika tidak ada, dia akan memilih jasa antar atau Chandra yang menjemput pesanan. Semuanya atas permintaan Carel agar tidak membiarkan Arsean sendirian. Alasannya karena kondisinya adiknya itu masih bisa naik turun sewaktu-waktu. Takutnya Arsean nanti membutuhkan bantuan kala tidak ada orang di rumah. Padahal bukan hanya itu alasan Carel yang sebenarnya.

"Kita nggak bilang ke papa mama aja, bang?" Arsean bertanya.

Arsky mengalihkan pandang pada adiknya.

"Maunya gitu. Tapi kata abang jangan dulu. Takut mama sama papa tambah kepikiran. Lagian bang Carl udah pasang CCTV kan kemarin? Abang juga bisa akses CCTV nya. Jadi bisa pantau kapan aja."

Seharusnya Arsean lega. Tapi hatinya malah semakin resah. Apalagi orang itu terang-terangan menunjukkan dirinya. Harusnya dari pertama mengintai, dia memilih untuk bersembunyi hingga tak pernah ada yang menyadari. Tapi tidak, orang itu jelas-jelas mengintai di ruang terbuka, yang jelas banyak orang bisa melihat. Apalagi dengan mobil mewah yang jelas mencolok di kawasan perumahan kelas menengah ini.

Arsean sedikit terkejut saat bahunya ditepuk pelan. Dia terlalu memperhatikan orang itu hingga tak sadar Arsky ada di sampingnya.

"Mikirin apa?"

Tapi Arsean menggeleng. Dia hanya merasa gelisah entah karena apa. Karena melihat orang itu yang selalu mengawasi rumahnya atau karena masalah lain. Baiknya, meski memikirkan hal itu, Arsean tak pernah lagi merasakan sakit kepala yang amat sangat. Dia tanpa sadar jarang memikirkan persoalannya tentang masa lalu dan keberadaan Arsean yang asli.

Arsean sampai tak sadar jika Arsky telah berlalu dari sampingnya. Abangnya yang terkecil itu masuk untuk menghubungi abang tertuanya. Arsky masuk ke kamar orang tuanya dan berusaha mengambil gambar yang jelas dari sana lalu mengirimkannya pada Carel. Dan seperti biasanya, orang itu akan bergegas pergi kala ada anggota keluarga yang pulang atau membuka pintu rumah.

Little Star Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang