Star-44

237 40 14
                                    

"Kapan kamu bangun, Sam? Apa di dalam mimpi lebih baik?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kapan kamu bangun, Sam? Apa di dalam mimpi lebih baik?"

Pertanyaan sama yang selalu Eliana ucapkan kala dirinya mengunjungi Arsean. Harapannya agar sang putra segera terbangun dari tidurnya lama kelamaan memudar. Bukan dia ingin merelakan, tapi kondisi yang terlihat tak memungkinkan.

"Mana yang sakit sayang? Mana...biar mama yang sembuhkan..." Ucapnya hampir putus asa.

Dokter mengatakan tidak ada komplikasi dan kondisi Arsean bisa dikatakan baik. Luka yang ada di kepalanya juga bukan luka serius. Hanya kemungkinan kakinya yang membutuhkan pemulihan seperti sebelumnya. Dokter hanya mengatakan kemungkinan Arsean akan bangun jika dirinya menginginkan untuk bangun. Hal itu hampir mematahkan harapan Eliana. Pertanyaan bagaimana jika putranya tak berniat bangun pun menghantui pikirannya.

"Dunia memang jahat. Mama juga jahat nggak bisa lindungi Sam. Tapi mama juga nggak mau kehilangan Sam."

Eliana terus bergumam sembari meletakkan kepalanya pada tepi ranjang. Tangannya tak henti mengusap penuh sayang punggung tangan Arsean. Air matanya hampir tumpah karena rindu dan rasa khawatir yang dalam.

"Kamu pasti bangun, kan? Mama...kangen..."

Eliana tak pernah terbiasa melihat putranya terbaring lemah di ranjang pesakitan seperti ini. Sekalipun sejak kecil keluar masuk rumah sakit telah si bungsu jalani. Ketakutan selalu membayangi kala Arsean menutup kelopak matanya tanpa tahu kapan akan terbangun. Lebih baik melihat anak itu memberontak atau pulang dengan luka lecet akibat berkelahi.

Sementara Carel yang sejak tadi berdiri di ambang pintu urung untuk masuk. Dia memilih menutup pintunya kembali dan duduk di kursi tunggu di depan kamar rawat adiknya. Helaan nafasnya terdengar.

"Lelah banget kayaknya bang." Tegur suara berat yang menghampirinya.

Felix datang dan menyodorkan segelas teh hangat padanya.

"Dari mana?"

"Kantin. Tadinya mau kasih ke mama, tapi kayaknya abang lebih butuh."

Felix melihat Carel masih memakai jas lengkapnya. Tentu abang tertuanya itu baru saja pulang bekerja dan langsung kemari.

"Kesini sendirian kamu?"

Felix mengangguk karena dia sedang menyeruput teh miliknya.

"Kita janji gantian jaga di sini. Mama nanti ngamuk kalau kita nggak patuh. Daripada nggak dibolehin ya mending manut aja."

Alasan Eliana tak memperbolehkan ketiganya bersama-sama pergi ke rumah sakit karena trio berada di tahun terakhir mereka di SMA dan akan segera menempuh ujian akhir. Jika mereka berada di rumah sakit, Eliana takut akan mengganggu fokus mereka untuk belajar. Jadilah mereka bergantian untuk datang setiap harinya.

"Lagipula orang-orang abang juga udah jagain. Jadi apa yang perlu ditakutin?"

Felix melirik di sudut lorong di mana ada dua orang lelaki yang ia yakin adalah orang suruhan Carel yang bertugas menjaga adik dan papanya. Sejak kejadian Jonathan datang ke kamar Arsean tempo lalu, Carel menempatkan lebih banyak orang untuk menjaga di rumah sakit dan rumah kedua orang tuanya. Padahal tanpa diketahui mereka, ada orang-orang nyonya Suhadi juga yang ikut menjaga. Hanya Carel yang tahu.

Little Star Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang