Star-21

318 53 5
                                    

Sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepi. Adalah kata yang tepat untuk menggambarkan suasana hari ini. Ketiga kakaknya tentu saja bersekolah dan papanya juga bekerja. Chandra sekarang bekerja di sebuah percetakan yang tak jauh dari rumah mereka. Sementara Eliana tadi berpamitan untuk pergi bertemu dengan temannya sebentar.

Arsean ditinggal sendirian. Eliana sebenarnya tak tega, tapi Arsean bilang tak apa. Mamanya pasti punya urusan lebih yang penting. Lagipula rumahnya sekarang hanya memiliki satu lantai. Semuanya masih bisa dijangkau nya. Eliana juga berjanji untuk segera kembali begitu urusannya selesai.

"Ngapain ya?" Gumam Arsean setelah mematikan televisi.

Tidak ada acara yang menarik. Jika di rumah yang sebelumnya tentu dia tidak akan bosan karena mereka menggunakan televisi berbayar.

"Mikir apa sih..."

Kepalanya ditepuk pelan. Tidak seharusnya ia membandingkan kehidupan sekarang dan sebelumnya. Chandra dan Eliana pasti memiliki alasan dibalik kepindahan mereka. Lagipula hidup disini tidaklah buruk. Rumah ini masih tergolong rumah mewah baginya. Meski sekamar dipakai untuk dia orang, kamar itu tidak sesempit kelihatannya. Tidak seperti kamarnya dulu yang begitu sempit dan harus berdesakan dengan yang lainnya. Barulah ketika remaja dia diijinkan memiliki kamar sendiri meskipun itu kamar bekas gudang.

Ngiiing....

"Ugh..."

Lagi.

Arsean memejamkan mata. Lupa dirinya tak bisa banyak mengingat, membuat otaknya ikut bekerja keras. Intensitas rasa sakit yang ia rasakan semakin sering kala ia mengingat kehidupan sebelumnya. Seakan ia memang tak diijinkan untuk mengingatnya.

Arsean tidak tahan untuk tidak mengernyit. Tidak kuasa untuk menahan erangan dari bibirnya. Hantaman itu selalu datang tiap kali bayangan itu menghampiri. Rasanya sakit, rasanya kepala itu hampir pecah hanya karena berusaha mengingat.

Perasaan campur aduk selalu memenuhi dirinya. Pertanyaan yang sama juga bersarang dalam kepalanya.

Kenapa Sang Pencipta mempermainkan takdirnya sedemikian rupa?

Apa dia terlalu banyak mengeluh di kehidupan sebelumnya?

Apa dia memiliki banyak dosa karena sering membuat kesal ibu panti dan adik-adiknya?

Apa karena dia pernah berpikir ingin menyerah karena tak kuat menghadapi takdirnya?

Tidak. Dia tidak boleh berprasangka buruk pada Tuhan. Meski dia tidak tahu apa tujuannya dikirim kemari.

"Masalah apa yang harus aku selesaikan disini?" Gumamnya.

Rasanya seperti masuk dalam cerita fiksi tentang transmigrasi. Sayangnya ini bukan cerita seperti dalam drama Korea yang sering di tonton Hanzel dan Felix. Tidak ada clue apapun yang bisa menuntun dirinya untuk mengetahui apa yang harus ia lakukan disini. Apa hanya diam dan menerima? Atau menyelesaikan masalah yang terjadi sebelum ia kembali pada hidup yang sebelumnya.

Little Star Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang