OUT-2

1.5K 95 7
                                    

"Terus, apa maksud perkataanmu tadi?"

"Saya ngomong sendiri." Vanel memaksakan senyuman. Sayangnya, Lucas mendekat dan membuatnya mundur. Hingga dia bersentuhan dengan pintu lift. "Mau ngapain?" Kedua tangannya menyilang di depan dada sedangkan matanya terus menatap Lucas.

Lucas memperhatikan wanita di depannya. Dia baru melihat wanita itu hari ini. Tentu karena di kantornya juga banyak karyawan. "Kamu dari divisi apa?"

"Ma... mau ngapain?"

"Jawab aja."

Duk....

Vanel dan Lucas sama-sama tersentak. Mereka mendongak, melihat lampu lift menyala dan benda itu bergerak. Lucas seketika bisa melihat jelas wajah memerah di depannya. Lantas perhatiannya tertuju ke tangan Vanel yang menyilang.

"Ck!" Lucas bergerak mundur sambil menggaruk tengkuk. Hampir saja dia emosi ke karyawannya sendiri.

"Huh...." Diam-diam, Vanel menghela napas panjang. Dia menurunkan kedua tangan lalu menghadap pintu lift. Tepat saat itu, pintu di depannya terbuka. Vanel berdiri tegak lalu berjalan tanpa berpamitan.

Setelah keluar, Vanel mempercepat langkah. Tentu saja untuk menghindari Lucas. Dia sadar barusan bertindak tidak sopan. "Huh. Untung tadi nggak jawab gue dari divisi apa," gumamnya sambil menggaruk kepala.

Vanel menoleh, tidak melihat Lucas keluar dari pintu basement. Seketika dia mempercepat langkah menuju mobil. Dari kejauhan, dia melihat seseorang yang duduk di balik kemudi dengan wajah terbenam di atasnya.

Tok... Tok... Tok....

"San... Sanya!" panggil Vanel.

"Hah...." Wanita yang berada di dalam mobil itu tersentak kaget. Dia menoleh, melihat Vanel. Lantas dia menyadari lampu telah menyala. "Pakai mati lampu segala lagi."

Vanel tersenyum lega. Temannya itu memang takut gelap. "Lo yang nyetir, kan?" tanyanya lalu memutari mobil dan masuk ke bangku penumpang.

"Lama banget, sih?" keluh Sanya.

"Lo tahu listrik mati, kan? Gue kejebak di lift."

"Oh, ya? Sendirian?"

Kedua tangan Vanel tanpa sadar terkepal. "Sama Pak Lucas."

"What?"

Tubuh Vanel terantuk ke depan. Dia menatap Sanya dengan tatapan tajam. Wanita itu ceroboh, sama sepertinya. "Untung kita di basement."

"Sorry... Sorry. Gue kaget," ujar Sanya sambil melajukan mobil dengan pelan. "Gimana bisa lo satu lift sama Pak Lucas?"

Vanel menarik sabuk pengaman. Setelah itu fokus menatap depan. Saat itulah dia melihat Lucas berjalan menyeberang.

"Pak Lucas!" Sanya kaget saat ada seseorang yang lewat di depannya.

Pandangan Vanel tertuju ke Lucas yang berjalan tanpa menoleh. "Kayaknya peramal itu bener, deh."

"Soal?"

"Ada aura negatif yang deketin gue," ujar Vanel sambil duduk menyerong. "Baru aja si peramal ngomong gitu gue nabrak Pak Lucas. Terus, pas di toilet gue diejek Jeli. Barusan, gue terjebak satu lift sama Pak Lucas."

Sanya geleng-geleng. "Kalau itu namanya ketiban rezeki, sih."

"Rezeki apaan?" Vanel mendengus. "Pak Lucas nggak sebaik yang kita kira."

"Oh, ya? Padahal, dia selalu denger saran karyawan."

Pikiran Vanel seketika tertuju ke kejadian di lift. Dia ingat sekali saat Lucas langsung menuduhnya. "Pokoknya gue harus hati-hati."

All OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang