OUT-7

890 70 8
                                    

"Aduh! Serem banget, sih."

Vanel mengemudikan mobil Lucas sambil mengikuti ambulan di depannya. Dari dulu dia takut dengan mobil ambulan. Itu semua karena dua kakaknya selalu menakut-nakutinya. Katanya, jika melihat mobil ambulan tengah malam, harus mengecek ke bagian kemudi. Bisa jadi ambulan itu jalan sendiri dan mencari target.

"Aduh...." Vanel bergidik mendengar suara itu terus berbunyi.

Vanel masih belum begitu sadar, mengapa dia diminta Lucas mengantar. Tadi, saat di perjalanan tidak banyak pembicaraan. Lucas sibuk dengan pikirannya sendiri dan hanya bersuara untuk menunjukkan arah. Sedangkan Vanel diam karena fokus mengemudi. Tentu saja dia tidak ingin berbuat ceroboh, terlebih di hadapan Lucas.

Keterkejutan Vanel kian bertambah, saat Lucas meminta mobil berhenti di depan sebuah rumah mewah. Dia berpikir jika Lucas hanya ingin pulang. Namun, saat hendak turun, dia mendengar sirine dan ambulan keluar dari rumah megah itu. Tanpa pikir panjang, Vanel mengikuti meski ketakutan. Entahlah, dia merasa Lucas pasti berada di dalam mobil itu.

"Huh... Akhirnya." Vanel melihat mobil itu berbelok di sebuah rumah sakit kemudian berhenti di bagian depan. Sirine itu kemudian berhenti.

Vanel memakirkan mobil di parkiran depan dan sempat melirik Lucas yang turun dari mobil. Kemudian ada seseorang yang berbaring di atas brankar. Vanel menghentikan mobil lalu menyandarkan kening di kemudi.

"Ya ampun. Jantung gue mau copot," gumam Vanel lalu kedua tangannya terkuai lemas.

Bahu Vanel naik turun dan rasa merinding itu masih mendominasi. Vanel tidak yakin bisa mengemudi lagi karena tubuhnya lemas. "Bener kata peramal itu." Seketika Vanel ingat ucapan peramal hari Jumat lalu.

Perlahan Vanel duduk tegak dan mengedarkan pandang. Sekarang, dia berada di parkiran rumah sakit. Kemudian dia ingat saat mengikuti mobil ambulan. "Ih, merinding banget!"

Kepala Vanel mendadak pening. Dia menyandarkan kepala dan melihat kertas yang terjatuh di bawah. Dia lupa dengan tugas kantornya. Bahkan dia lupa harus makan siang. Justru, dia berakhir di parkiran rumah sakit.

"Aaaa! Kenapa gue sial banget, sih?" Vanel mengacak rambut lalu menyandarkan pipinya di kemudi. "Siapapun, tolong jemput gue."

Tok... Tok... Tok....

Bulu kuduk Vanel berdiri mendengar ketukan itu. Dia memejamkan mata rapat-rapat. Entah kenapa, dia takut akan ada hal buruk.

"Buka pintunya!" Teriakan itu kemudian terdengar.

Vanel mencoba mengingat suara itu. Nggak mungkin, kan, ada hantu siang-siang?

"Woy! Siapa nama lo?"

Mata Vanel masih terpejam. Dia yakin hantu tidak kenal waktu. Bisa saja dia muncul di siang hari.

Brak....

"Aaaa!" Vanel berjingkat saat suara dobrakan terasa di hadapannya. Dia membuka mata dan melihat sorot mata tajam. "Wah..."

"Buka!" Lucas menggerakkan jemari ke arah bawah.

Vanel mendekat, memperhatikan jika lelaki di luar adalah Lucas. Bukan hantu yang menyerupai. Semakin dilihat, rahang lelaki itu semakin mengeras dan wajahnya berubah kaku. "Oke! Dia nggak berubah wujud."

"Kamu mau saya pecat?"

Seketika Vanel membuka kunci pintu. Benda itu lantas dibuka dan Lucas masuk. "Woy!"

Refleks Vanel berpindah ke posisi penumpang.

Lucas menatap Vanel yang sempat diam saja. "Kamu nggak ngenali saya?"

All OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang