OUT-37

608 53 12
                                    

Maaf ya lama nggak update. Kondisi lagi terlalu sering overthinking. Sekarang lagi coba fokus lagi dan nggak mikir hal-hal yang nggak penting.

Semoga yang baca selalu dalam keadaan sehat ya. Jangan terlalu banyak mikir. :)

Selamat membaca.

---

"Kamu masih anggap aku pembawa aura negatif?"

Tubuh Lucas seketika menegang. "Emm... Sekarang... Emm...."

"Apa?" tanya Vanel tidak sabaran.

Lucas mengangkat bahu. Dia ingat dengan keputusan aneh yang disetujui hari itu. Mereka sama-sama membutuhkan bukti apa benar membawa aura negatif atau tidak. Padahal, tidak perlu sampai segitunya.

"Bapak Lucas!" panggil Vanel.

"Apa?"

"Kok nggak jawab?"

"Saya lagi sibuk nyetir."

Vanel mendengus. Dia menyandarkan kepala dan memperhatikan ke luar jendela pintu. Tiba-tiba dia ingin tahu itu. Terlebih, sudah banyak hal yang mereka lakukan bersama. Ciuman juga udah beberapa kali.

"Mau makan di mana?" tanya Lucas sadar tidak memiliki tujuan.

"Terserah."

"Awas kalau kecewa sama pilihan saya."

"Selama ini saya mau-mau aja kan tiap kamu bawa makanan?" Vanel menatap Lucas sambil tersenyum. "Asal makanannya enak."

Tangan Lucas terulur dan mengacak rambut Vanel. "Kalau nggak enak?"

"Tetap saya makan."

"Kenapa gitu?"

"Karena itu dari kamu. Hahaha...."

Lucas menoleh. "Emang ada yang lucu?"

"Itu gombalan, tahu!" Vanel memukul kening Lucas. "Jangan-jangan kamu nggak tahu gombalan kayak gitu?"

"Emang enggak," aku Lucas. "Emang itu gombalan?"

Vanel menggaruk kepala. "Ya udahlah, intinya gitu."

"Saya pengen tahu. Kok bisa itu disebut gombalan?"

"Nggak bisa dijelaskan, tapi bisa dipahami."

"Saya nggak paham," aku Lucas.

Vanel disadarkan jika memiliki begitu banyak perbedaan dengan Lucas. Lelaki itu pasti sangat suka hal-hal serius, daripada yang lucu. "Pernah nonton acara komedi?"

Lucas mengernyit. "Aneh tiba-tiba bahas itu."

"Jawab aja."

"Enggak!" aku Lucas.

"Terus, nontonnya apa?"

"Saya terakhir nonton tv waktu SMP kayaknya," ingat Lucas. "Setelah itu saya lebih tertarik baca buku."

Vanel manggut-manggut. "Mata saya pasti burem kalau baca buku."

"Kamu kurang konsen."

"Bener," jawab Vanel. "Semua tulisan bisa jadi satu. Saya cuma bisa bertahan sepuluh menit kalau baca buku."

"Saya bisa berjam-jam."

"Kita terlalu banyak perbedaan."

Lucas mengangguk setuju. Itulah kenapa dia penasaran dengan perasaan yang tiba-tiba muncul. Karena Vanel jauh dari kriteria wanita idamannya.

Beberapa saat kemudian, dua orang itu sampai di kedai ramen. Vanel memilih beef ramen sama seperti Lucas. Sambil menunggu makanan datang, Vanel memperhatikan Lucas. Sedangkan lelaki itu menatap ke arah luar.

All OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang