OUT-55

614 51 6
                                    

Bip...

Pukul satu dini hari, Lucas baru sampai apartemen. Dia melepas kemeja yang sudah tidak nyaman lagi dikenakan dan menggulungnya. Tetapi, bukannya segera ke kamar dia justru mendekati sofa.

Bugh.... Lucas mengempaskan tubuh di sofa. Tubuhnya terasa lelah, karena dua belas jam dia menemani Vanel. Bukannya tidak suka, tapi percaya atau tidak ketika berada di suasana sedih, membuat tubuhnya terasa jauh lebih lelah.

Lucas ingat, rumah duka itu terus diiringi isak tangis. Mama Vanel beberapa kali pingsan. Sedangkan Vanel menyendiri dan menangis sesenggukan.

Momen itu membuat Lucas ingat saat ditinggal mamanya. Apa yang dia lakukan persis seperti yang dilakukan Vanel. Dia menjauh dari kerumunan dan tidak memedulikan Nuca yang terus histeris. Lucas sadar saat itu sangat egois. Namun, di satu sisi dia juga butuh waktu untuk mengatasi rasa sedihnya.

Lucas ingat, saat itu ada beberapa sanak keluarga yang berusaha mendekatinya, tapi dia tetap menghindar. Dia satu sisi dia ingin didekati dan ditenangkan. Namun, selalu memukul mundur orang yang mendekat. Karena itulah dia tadi tetap berada di samping Vanel. Meski wanita itu sibuk dengan pikirannya sendiri.

Sepanjang perjalanan pulang, Lucas memikirkan itu. Dia tidak pernah mencoba begitu peduli, kecuali ke mamanya dan Nuca. Namun tadi, dia begitu memedulikan Vanel. Bahkan, bisa dibilang cukup mengurus Vanel.

Lucas ingat kala mengambilkan baju hangat ke wanita itu. Ingat ketika mengambilkan minuman hangat dan makanan. Karena Vanel melupakan itu semua. Hal itu baru bagi Lucas, tapi dia merasa itu bentuk tanggung jawab.

Hati Lucas seperti meyakinkan dirinya, jika Vanel sangat berarti untuknya. Sangat terlambat memang. Sebelumnya, Lucas begitu hati-hati hingga menyangkal perasaannya sendiri. Sekarang, dia merasa begitu yakin.

"Apa saya terlambat Vanela?" gumam Lucas.

Rasa sesak itu muncul ketika Lucas membayangkan kehidupan Vanel ke depannya, setelah ditinggal oleh papanya. Apa mungkin Vanel akan berubah? Apa yang harus dilakukan agar Vanel kembali ceria? Apakah Vanel akan memiliki perasaan yang sama?

Lucas tahu Vanel menyukainya dan wanita itu berusaha keras menunjukkan itu semua. Dia memang bodoh tidak menanggapi perasaan tulus Vanel. Sekarang, apa terlambat?

"Jangan mikir buruk!" Lucas menggeleng tegas. Dia tidak ingin membayangkan Vanel tiba-tiba menutup diri dan membuang perasaannya. Lucas yakin, Vanel tidak seperti itu. Meski sedih ditinggal papanya, wanita itu sepertinya masih logis.

Lucas mengangguk, berharap ke depannya akan baik-baik saja. Dia bertekad tidak akan menjadi lelaki cemen yang takut mendekati wanita. Dia bertekad akan lebih percaya diri dengan perasaannya. Serta, tidak berpikiran buruk apakah Vanel bisa bahagia dengannya atau tidak. Dia tidak akan tahu jika tidak mencoba.

***

Hari ini Vanel merasa begitu sangat lelah. Dia tidak ingat apa saja yang sudah dilakukan. Tetapi dia ingat satu hal, papanya telah meninggalkannya.

Vanel merasa, waktu berjalan begitu lama setiap detiknya. Sejak tadi matanya yang perih terus menatap kegelapan. Pagi seolah enggan untuk segera menyala.

Dak....

Lamunan singkat Vanel teralih. Dia menatap jam dinding yang baru menunjukkan pukul tiga pagi. Masih ada beberapa jam lagi untuk matahari muncul. Padahal, dia sudah merindukan pagi, meski yakin pagi ke depannya tidak akan sesuai harapan.

Dak....

Suara itu kembali terdengar. Vanel beranjak dengan hati-hati. Dia menatap mamanya yang baru terlelap satu jam lalu. Setelah mereka saling berpelukan dan menangis. Berbeda dengan Vanel yang tidak kunjung bisa tidur.

All OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang