OUT-51

610 55 13
                                    

"Saya nggak ada pacar."

Vanel melongo mendengar jawaban itu. Sedetik kemudian dia menggeleng pelan. "Terus, Bu Ageta?"

"Temen kampus," jawab Lucas lalu melanjutkan kegiatan makannya.

Mama dan Papa Vanel saling pandang. Dia memberi kode, jika dua orang itu butuh berbicara. Perlahan, dua orang itu beranjak dan keluar dari dapur. Lucas dan Vanel bahkan tidak menyadari itu.

"Ternyata, kamu satu kampus sama saya." Lucas menatap Vanel yang buru-buru menunduk. "Kenapa nggak cerita?"

Vanel mengangkat bahu. Dia menyendok makanannya lalu membuang muka. "Saya rasa itu nggak penting."

"Oh, ya?"

"Nggak ada yang seru sama masa kuliah saya," jawab Vanel tak suka.

Lucas mengembuskan napas pelan. "Ternyata kamu gadis waktu itu."

"Gadis yang gimana? Tukang telat? Yang nembak Bapak waktu OSPEK?"

"Iya, itu."

Vanel mendengus. "Dulu Pak Lucas sok banget. Sadar nggak?"

"Sekarang masih kayak gitu, kan?" Lucas menatap Vanel. Wanita itu mengangguk tanpa malu. "Saya dulu sangat malu."

"Nggak cuma Bapak, tapi saya juga."

"Oh, ya? Kamu kelihatan percaya diri."

Vanel menggeleng tegas. "Nggak semua yang kelihatan itu bener, kan?" tanyanya. "Pak Lucas nggak tahu setelah itu apa yang saya rasain."

"Apa?" Lucas mendorong makanannya yang masih tersisa. Dia tidak lagi tertarik dengan soto banjar yang sebenarnya enak itu. Sungguh, dia sangat penasaran dengan cerita Vanel.

"Kamu nggak perlu tahu."

"Van...."

"Kalau pengen tahu coba aja tanya Bu Ageta," jawab Vanel lau memilih fokus dengan makanan di depannya.

Mata Lucas memicing. Apakah ada sesuatu antara Vanel dan Ageta? Haruskah dia bertanya ke Ageta? Lucas sadar, dulu dia terlalu cuek. Ketika ke kampus, dia fokus belajar, berorganisasi dan tidak peduli dengan apa yang terjadi dengan teman-temannya.

***

Sepuluh tahun lalu.

"Yang nembak Kak Lucas, tuh!"

Sudah seminggu Vanel menjadi mahasiswa ekonomi bisnis, tapi panggilan itu masih belum berubah. Dia terlihat tidak peduli dan berjalan menjauh. "Ck! Masih aja bahas itu. Heran."

"Van! Kejar Kak Lucas, deh!"

Vanel tidak mengubris ucapan mahasiswa dari jurusan lain yang sok kenal itu. Dia berjalan cepat menuju kelas dan melihat tempat itu kosong. "Gue nggak salah kelas, kan?" Kemudian dia mengambil notes dan ada jadwal yang tertempel.

"Ah, kuisnya susah banget!"

Perhatian Vanel teralih. Dia melihat beberapa mahasiswa keluar dari kelas sebelah. Dia menatap kakak tingkatnya itu, hingga muncul seseorang yang memakai kemeja abu-abu dengan tas menyampir di bahu kanan.

"Lucas! Ditungguin, tuh!" Salah seorang teman Lucas menyadari kehadiran Vanel.

Vanel seketika berbalik dan menggaruk tengkuk. Malas saja kehadirannya disalahartikan oleh mahasiswa lain. "Ck! Dasar!"

"Van!" Tak lama terdengar suara Nining.

Perlahan Vanel berbalik dan para kakak tingkatnya itu telah menghilang. Dia menatap Nining dengan rambut pendek. "Wah, potong rambut?"

All OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang