OUT-20

717 68 6
                                    

"Terima kasih sudah menjelek-jelekkan dirimu," ujar Lucas membuat Vanel melotot. "Ternyata kamu seburuk itu," lanjutnya.

Vanel menggaruk kepala, serba salah. Dia menjelek-jelekkan diri sendiri agar Lucas tidak berusaha mengenalnya. Namun, Lucas justru menuduhnya begitu jelek. "Saya juga cantik, tahu!" Kemudian Vanel menyibak rambut ke belakang.

Pandangan Lucas tertuju ke bahu Vanel yang terekspose. Dia tidak habis pikir ada pakaian aneh seperti itu. Dress itu memiliki pengait di bagian tengah dan melingkar ke belakang leher. Kemudian bagian tengahnya memiliki belahan rendah yang menunjukkan sesuatu yang menonjol. "Jadi, kamu kalau di luar kayak gini?"

"Ck!" Vanel buru-buru menarik rambutnya ke depan. "Untuk acara tertentu saja."

Lucas tampak berpikir. "Buat goda lelaki yang mau dikenalin?"

"Enggak, ya!" jawab Vanel tidak terima.

"Kalau diingat di resto sebelumnya kamu pakai sandal jepit."

"Bisa nggak jangan nyudutin saya?"

"Saya bicara fakta."

Wajah Vanel terasa panas. Dia mengipas wajah dengan kedua tangan sambil mengatur napasnya yang memburu. "Ya, saya berusaha bikin cowok itu ilfeel. Puas?"

Lucas tidak kaget mendengar itu. "Lo itu aneh."

"Bapak ngomong santai ke saya?" tanya Vanel. "Lo juga aneh!"

"Anehnya apa?"

Vanel menatap Lucas dengan senyum miring. "Di lobi, ngapain tiba-tiba deketin terus pegang kening saya?"

"Ehm...." Lucas berdeham diingatkan hal itu. "Saya nggak mau kamu pingsan lagi."

"Peduli, kan?"

"Enggak!"

"Terus?" tantang Vanel.

Lucas menggaruk pelipis. "Saya benci lihat orang pingsan di depan saya."

"Ck! Jahat!" Vanel duduk bersandar dan melipat kedua tangan di depan dada. "Itu keanehan lo yang kedua. Jahat. Kejam."

"Jangan ngata-ngatain gue!" geram Lucas kembali berbicara santai.

"Lo juga ngata-ngatain gue."

"Silakan." Seorang pelayan datang menginterupsi pembicaraan dua orang itu.

Pandangan dua orang itu tertuju ke salad yang disediakan tanpa minat. Mereka lebih memilih mengambil air mineral yang lalu menegaknya. Lucas mengusap sudut bibir dan kembali menatap Vanel.

"Bilang ke papamu sekarang," pinta Lucas.

"Iya... Iya!" Vanel mengambil ponsel dan menghubungi papanya.

"Ya, Nak. Udah ketemu?" tanya Papa Vanel dengan suara senang. "Kirim foto. Papa pengen lihat kamu nggak salah ketemu orang, kan? Foto berdua."

Tut... Tut... Tut....

Vanel menatap Lucas kaget. Dia bahkan belum sempat berbicara ke papanya. "Gimana?"

"Ya udah, foto."

"Saya ke situ?" Vanel menunjuk kursi samping Lucas.

"Foto dari tempatmu, kan, bisa. Nyari kesempatan banget."

"Bawel!" Vanel membuka kamera lalu berbalik memunggungi Lucas. Dia memoto asal, tidak peduli wajah Lucas akan terlihat blur. Setelah itu dia mengirimkan ke papanya. "Saya juga nolak, ya! Jangan mikir situ doang yang nolak."

Tidak ada respons dari Lucas. Dia mulai menyantap salad di depannya. Entahlah, perang urat dengan Vanel membuatnya kehilangan banyak energi.

Melihat Lucas yang mulai makan, Vanel ikut makan. Dia melahap salad di depannya sambil menatap Lucas. Saat lelaki itu menatapnya, dia segera membuang muka.

All OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang