Seporsi Tomyum tersaji di meja bundar yang ditempati oleh dua orang. Pandangan keduanya terarah ke kuah kemerahan dengan beberapa seafood di dalamnya. Kuah itu mulai matang, terlihat dari gelembung yang mulai bermunculan.
"Udah...." Vanel mengambil mangkuk dan mengambil makanan khas Thailand itu. "Buat kamu dulu."
Lucas menerima mangkuk putih itu dan meletakkan di depannya. "Sebelumnya kamu pernah makan di sini?"
"Iya. Beberapa kali." Vanel tidak percaya jika Lucas memilih ke restoran Thailand. Dia pernah datang bersama Sanya dan tahu Tomyum dari restoran itu yang paling enak diantara yang lain.
"Sama Ando?"
Vanel menatap Lucas tak suka. "Sama Sanya," jawabnya lalu menyendok kuah kemerahan itu. Dia melahapnya dan aroma rempah-rempah yang khas memanjakan lidahnya. "Kamu ke sini sama siapa?"
"Sama Nuca."
"Ah, Pak Nuca!" Vanel manggut-manggut. "Dulu nggak percaya kalau Pak Nuca itu adikmu."
"Kenapa gitu?"
"Karena beda banget."
Lucas udah menebak jawaban itu. "Dari kecil banyak yang banding-bandingin," jawabnya lalu melahap makanannya.
"Aku juga gitu," jawab Vanel. "Dua kakakku pinter, sama-sama aktif. Sedangkan aku mageran."
"Kamu sebenernya lincah. Cuma males aja."
Vanel mengangguk setuju. "Papa dari dulu manjain. Emang, papa pengen punya anak cewek, keturutan di anak ketiga. Ya udah, deh, jadinya gini."
"Kenapa Om Faruk biarin kamu ke Jakarta?" tanya Lucas. "Biasanya kalau terlalu sayang anaknya nggak dibolehin pergi dari rumah."
Tanpa sadar Vanel tersenyum. "Jurus ampuhnya adalah ngambek."
"Ck! Itu bukan jurus ampuh."
"Eh, nggak semua orang bisa ngambek terus keinginannya dituruti, ya!" jawab Vanel tidak terima. "Tiap ngambek, papa pasti bakal nuruti."
"Sama kayak Nuca."
"Oh, ya?"
"Iya!" Lucas tanpa sadar mengingat masa kecil Nuca yang tergolong manja. "Bahkan, dia dibilang anak mama. Bukannya malu, dia malah percaya diri."
"Aku heran, deh, ke orang-orang yang selalu melabeli anak mama!" geram Vanel. "Kan, dari dulu lahir dari mama. Bukan dari papa."
Lucas terkekeh mendengar candaan itu. "Terus, kenapa kamu milih kerja di kantor?" tanyanya. "Waktu itu kamu nggak mau jawab."
"Ya karena Ando." Kali ini Vanel memilih jujur. Dia tidak butuh menyembunyikan statusnya di depan Ando. Rasanya memang lebih enak, karena tidak perlu pura-pura. Terlebih, demi lelaki yang ternyata mempermainkannya.
"Udah bisa ditebak," jawab Lucas lalu mengisi mangkuknya dengan Tomyum.
Vanel menatap wajah Lucas yang memerah dan berkeringat. "Mau tisu?"
"Ah, ya. Boleh!" Lucas sadar wajahnya sekarang terasa panas karena rasa Tomyum yang cukup pedas di lidahnya. Padahal, dia sudah meminta agar tidak terlalu pedas.
Vanel mengambil tisu dan mengulurkan ke Lucas. Saat lelaki itu hendak menerima, dia menariknya menjauh. Lucas sempat protes, tapi Vanel segera mengusap keringat itu. "Lanjut makan aja. Biar aku yang bersihin."
Lucas menatap tangan Vanel yang terulur ke arahnya. Dia lalu menatap posisi tubuh depan wanita itu yang menempel dengan pinggiran meja. Lucas seketika menarik kursinya lebih maju untuk memudahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Out
RomanceVanel iseng mendatangi peramal untuk mencari peruntungan kisah cintanya. Peramal itu mengatakan jika ada energi negatif yang akan datang. Setelah itu, Vanel terlibat perseteruan dengan Lucas, bos besarnya. Apakah energi negatif yang dimaksud adalah...