OUT-25

739 56 11
                                    

Lucas nekat meminta nomor Vanel dari Om Faruk. Tentu pria itu bahagia, bahkan sempat memberi hal-hal yang disukai Vanel. Meski malu, tapi Lucas bersyukur karena bisa mendapat informasi dengan mudah.

Usai mendapati nomor Vanel, Lucas segera menghubungi. Tentu saja dia menanyakan hal lain. Cemen memang. Tetapi untungnya, Lucas mulai mendapat keberanian untuk mengajak Vanel pergi.

"Pak, ini salah nggak, sih?" Suara Vanel terdengar bingung.

Lucas beranjak dari ranjang dan berjalan keluar. "Maksudmu?"

"Perlu nggak kita butuh pembuktian saling membawa sial atau enggak?" tanya Vanel. "Kayak anak kecil aja."

"Jadi, kamu mau berhenti?"

"Iya." Vanel menjawab dengan suara pelan. "Apa kita akhiri?"

Lucas menggeleng. Dia masih butuh Vanel untuk mencari tahu apakah tertarik ke wanita itu atau tidak. Plus, dia ingin list untuk berkenalan dengan wanita tercoret. "Nggak bisa! Kita udah sepakat."

"Pak Lucas keras kepala, ya!"

"Iya," jawab Lucas. "Ya sudah, kerja yang bener." Kemudian dia memutuskan sambungan. Lucas berjalan menuju kursi depan jendela dan meletakkan ponsel di meja.

Lucas menggeleng tegas, heran dengan Vanel yang gampang berubah pikiran. "Heran, kenapa dia kayak gitu?"

Di tempat lain, Vanel masih berdiri di samping pintu. Dia mengintip ke posisi Ando. Lelaki itu telah menyelesaikan sarapannya lalu beranjak. Vanel segera berjalan menuju lift dan menekan tombol. Pintu itu langsung terbuka dan Vanel segera masuk.

"Gila! Bener-bener gila!" Vanel masuk ruangan yang sepi sambil berteriak. Dia duduk di kursi kerjanya lalu menyangga kening. Pengakuan Ando membuat hatinya bimbang. Namun, dia justru sudah sepakat dengan lelaki lain.

"Terus, gue harus gimana?" Vanel menghentakkan kaki sambil memukul sisi kepala. "Apa gue deketin Ando aja?" Dia tampak ragu, khawatir Ando kembali menyakitinya.

"Aaaa! Gue bingung."

"Dari dulu lo emang aneh."

Vanel menoleh, melihat Melati yang berjalan masuk sambil mendekap tumblr. "Ya udah, sih. Terserah, kalau gue aneh."

Melati duduk di kursinya dan menatap Vanel. "Bentar lagi ada penerimaan karyawan baru. Jangan santai-santai."

"Eh, gue selama ini bekerja keras, tahu!" jawab Vanel tidak terima. "Lo nggak lihat apa, tadi banyak yang muji gue?"

"Ck! Nggak usah sombong."

Vanel menutup kedua tangannya. Dia sudah dibuat bingung oleh tingkah Ando, tidak mau lagi mendengar cerocosan Melati. "Tenang...."

Drrtt....

Pandangan Vanel tertuju ke ponselnya yang menyala. Dia melihat pesan dari nomor baru. Matanya mengerjab membaca pesan yang muncul di notifikasi.

08121111xxxx: Semangat kerjanya, Vanela.

"Aaaa! Gue bingung." Vanel menelungkupkan kepala di atas meja dan membingkai kepala dengan lengan.

Melati yang melihat Vanel teriak-teriak sendiri menatap heran. Sayangnya, dia tidak bisa langsung bergosip karena Jelin tidak bekerja. "Sial, gue kesepian."

***

Pesan yang dikirim Lucas tadi pagi tidak mendapat balasan dari Vanel. Baru kali ini dia merasa penasaran hanya karena pesannya tidak dibalas. Biasanya, dialah yang jarang membalas pesan dari teman atau karyawannya yang menurutnya tidak begitu penting.

All OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang