OUT-27

664 57 8
                                    

Dinner kali ini, Vanel ingin tampil cantik, tidak ingin merusak penampilanya seperti saat itu. Vanel memilih dress berwarna pink dengan tali spageti. Dress itu tidak terlalu ketat, terlihat sederhana karena plos tapi juga terlihat berkelas.

Vanel mengepang rambutnya ke samping, membuat sisi wajah sebelah kirinya lebih terekspose. Kali ini, dia tidak mengenakan anting besar, hanya anting bundar kecil yang menempel di telinga. Dia juga mengenakan kalung dengan bandul bentuk V yang dibelikan mamanya beberapa tahun lalu.

"Sempurna," gumam Vanel setelah memoles lipstick yang tidak terlalu merah. Dia merapikan sekitar rambutnya kemudian mengambil parfum. Dia menyemprotkan agak banyak, seperti biasanya.

Drttt....

Kegiatan Vanel terhenti karena getar ponsel. Dia mengambil benda itu dan melihat pesan dari Lucas.

Saya sudah di mobil.

"Oke!" Vanel berdiri dan mengambil tas yang sudah disiapkan di ranjang. Dia memasukkan ponsel lalu menghadap ke cermin sekali lagi. Senyumnya terbit melihat penampilannya yang cukup angun.

"Gue sebenarnya anggun, tahu. Cuma tingkah gue rada aneh." Vanel menilai dirinya sendiri. Dia lantas beranjak menuju lemari sepatu.

Pandangan Vanel tertuju ke deretan sepatu dengan berbagai model. Pandangannya tertuju ke heels pink dengan tali yang melingkar di kaki. Lantas dia memakainya. "Perfect...."

Sebelumnya, Vanel memang meminta untuk menunggu di lobi. Tentu saja dia enggan mengajak Lucas ke apartemennya. Dia sadar, apartemennya tidak serapi Lucas.

Di mobil, Lucas udah duduk di balik kemudi lengkap dengan memakai sabuk pengaman. Dia menatap arloji, lewat sepuluh menit dari janjian. Lucas mengambil ponsel dari saku celana dan hendak menghubungi Vanel lagi.

"Ck! Nanti kesannya gue yang ngebet," gumam Lucas lalu mengurungkan niatnya. Dia duduk bersandar sambil memposisikan kedua tangan di depan kemudi. "Tapi, tuh cewek selalu aja telat. Lelet banget."

Lucas menunduk, mulai bosan menunggu. Sebenarnya dia paling tidak suka dengan orang yang terlambat. Namun, herannya dia mau-mau saja menunggu Vanel.

"Awas kalau dia lama," geram Lucas sambil mengangkat wajah. Saat itulah dia melihat seorang wanita dengan dress pink berjalan ke arahnya. Panjang dress itu tepat di atas lutut, tidak terlalu seksi. Pandangan Lucas lalu tertuju ke bagian dress itu tidak begitu terbuka seperti yang dikenakan Vanel sebelumnya. Tanpa sadar dia tersenyum.

"Lama?" tanya Vanel setelah beberapa langkah.

Lucas melepas sabuk pengaman dan turun dari mobil. Dia menghampiri Vanel dan menatapnya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dia suka dengan penampilan Vanel yang sederhana, membuatnya terlihat angun. "Ayo!"

Vanel menatap Lucas yang menyisir rambutnya ke samping, seperti penampilan saat ke kantor. Bedanya, kali ini lelaki itu mengenakan kemeja putih lengan pendek dan celana panjang berwarna krem. Penampilan Lucas lebih kasual. Vanel tanpa sadar tersenyum, senang dengan penampilan lelaki itu yang tidak terlalu kaku.

"Silakan." Lucas membukakan pintu penumpang.

"Tumben?"

"Jangan merusak suasana."

"Ck!" Vanel mendengus lalu masuk mobil. Dia meletakkan tas slempang pink yang hanya muat diisi ponsel. Kemudian dia memakai sabuk pengaman. Saat itulah dia sadar Lucas masih di luar dan memperhatikannya. "Ada yang ketinggalan?"

Lucas menggeleng pelan. Dia menutup pintu dan memutari mobil. Entah kenapa, dia susah mengalihkan pandang dari Vanel.

"Wajahnya kenapa kaku gitu?" tanya Vanel setelah Lucas masuk mobil.

All OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang