OUT-59

775 49 12
                                    

"Aku beneran cinta kamu dan cuma mau kamu."

Sekujur tubuh Vanel terasa panas dingin. Pikirannya mendadak blank. Dia merasa angin dingin yang menerpa tubuhnya membuatnya tidak bisa berbuat apapun.

Melihat Vanel yang diam, Lucas jadi canggung. Dia menggaruk tengkuk lalu membuang muka. Setelah itu melirik Vanel yang terdiam.

"Aku sebenernya nggak mau ngejar kamu lagi," aku Vanel.

Perhatian Lucas teralih. "Akhir-akhir ini kamu udah nggak ngejar aku."

Vanel ingat itu. "Tapi, sikapmu waktu itu bikin aku sakit hati."

"Aku tahu, aku bodoh." Lucas membingkai wajah Vanel lalu ibu jarinya mengusap pipi itu. "Aku selalu pikir panjang, tapi nggak pernah ambil keputusan lama. Beda sama kali ini."

"Artinya kamu ragu, kan, ke aku?"

"Aku ragu ke diriku sendiri."

Vanel mengerjab mendengar jawaban itu. "Kenapa gitu?"

Lucas tersenyum. "Karena wanita ini sebelumnya ceria. Aku nggak ada pengalaman bahagiain wanita gimana. Aku takut dia menderita kalau sama aku."

"Bohong."

"Serius!" Lucas menurunkan tangannya dari pipi Vanel, berganti mengusap lengan wanita itu. "Aku juga sempet mikir, apa aku yakin jatuh cinta ke kamu?"

"Karena aku nggak menuhi kriteria?"

"Iya," aku Lucas. Dia tidak ingin menutup-nutupi semuanya. "Pertama kalinya aku ngerasa nggak masalah, padahal nggak sesuai rencanaku."

"Makanya jangan terlalu banyak rencana."

Lucas mengangguk. "Sebenarnya aku sendiri yang bikin semuanya rumit. Terlalu banyak pertimbangan, terlalu nggak percaya. Intinya aku takut memulai."

"Sekarang?"

"Aku sadar itu ketakutan yang berlebihan."

"Iya, terus sekarang gimana?" tanya Vanel ingin tahu.

"Nggak mau nunda-nunda lagi."

"Nunda gimana?"

"Banyak tanya, ya!" Lucas mulai gelisah karena ditatap intens oleh Vanel. "Ya intinya pengen ungkapin semuanya."

"Oh. Aku pikir nggak mau nunda yang lain."

Lucas mengernyit. Vanel membuang muka sambil menahan tawa. "Kamu belum jawab."

"Apa?" tanya Vanel tanpa mengalihkan pandang.

"Perasaanmu."

Jantung Vanel berdegup lebih cepat. Dia menunduk, memainkan ujung celana selututnya. Tubuhnya kian terasa panas dingin kala Lucas terus menatapnya. "Harus, aku nembak kamu kayak waktu OSPEK?"

"Oke, silakan!" Lucas seketika berdiri.

Vanel menoleh dengan pandangan tidak percaya. "Masa aku yang nembak kamu?"

"Kamu yang menawarkan diri."

"Nggak bisa diajak bercanda, deh!" Vanel geleng-geleng. "Aku nggak mau permaluin diri lagi."

Lucas bersedekap. "Yah, padahal aku pengen ditembak."

"Harusnya kamu yang nembak aku!" ujar Vanel serius. "Apaan, ngomong di kamar nggak romantis."

"Kamu yang bahas duluan."

"Ya udah, emang aku salah."

Ada rasa senang tersendiri saat Vanel menggerutu. Wajah wanita itu pasti memerah dan bibir tipisnya mengerucut. "Nggak jadi, nih?" tanya Lucas. "Kecewa, deh."

All OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang