OUT-40

634 56 4
                                    

Beberapa saat sebelumnya.

Sore hari Papa Lucas kembali ke apartemen, kali ini bersama istrinya. Lucas tentu tidak bisa menolak. Dia menyambut dua orang itu dan membuatkan minuman.

"Lucas...."

Lelaki yang sedang mengaduk teh itu menoleh. Dia mendapati wanita yang mengenakan kemeja bunga-bunga berwarna krem, menatapnya sambil tersenyum. Lucas kembali menatap ke cangkir minumannya dan tidak menjawab.

"Nggak usah repot-repot," ujar wanita itu.

Lucas menggeleng pelan. "Aku nggak ngerasa repot."

"Papamu yang ngeyel pengen ke sini."

"Nggak apa-apa." Lucas meletakkan sendok kotor dan menghadap mama tirinya. "Aku juga lagi cuti."

Mama Tiri Lucas menoleh ke belakang, khawatir suaminya tiba-tiba mendekat. Dia maju dua langkah dan menatap Lucas serius. "Papamu akhir-akhir ini sering tidur," ujarnya. "Kadang dia semangat, tapi besoknya pasti malas-malasan. Papa juga bilang udah nggak mau balik ke kantor."

"Papa udah ngasih tahu itu."

"Mama pikir kamu nggak tahu."

Lucas berbalik mengambil nampan dan memindahkan cangkir ke atasnya. "Tehnya mau ditaruh di mana?"

"Luangin waktumu buat papa."

Tubuh Lucas menegang. Dia meletakkan nampan itu kembali dan menatap mama tirinya. "Kenapa ngomong gitu?"

"Mama sering kali lihat papa kesepian," ujar Mama Tiri Lucas. "Dia selalu semangat tiap cerita soal kamu Nuca. Ujungnya, papa bakal diem sama wajahnya kelihatan serius."

"Ya...." Lucas tidak tahu harus berbicara apa.

"Papamu juga makin keras kepala."

"Yang sabar aja hadapin papa."

"Ya. Mama harus sabar," ujar Mama Tiri Lucas. "Demi mamamu juga."

Lucas menatap wanita di depannya dengan wajah serius. Ucapan demi "mamamu juga" terdengar bohong. Tentu saja itu terlambat. Dulu, wanita itu yang mengacaukan rumah tangga temannya sendiri, setelah ditolong dengan begitu baik.

***

"Orang sedih katanya harus makan ice cream, kan?" Lucas mengatakkan itu dengan bibir bergetar. Dia tidak tahu mengapa kalimat itu harus terucap.

Vanel mencerna kalimat Lucas. "Kamu sedih?"

Tubuh Lucas menegang. Dia menunduk menatap Vanel yang memeluknya erat. Satu tangannya yang memegang kotak ice cream seketika terjatuh.

Duk....

Mata Vanel terpejam. Dia tidak peduli dengan keadaan sekitar. Kedua tangannya memeluk Lucas dan mengusap punggungnya naik turun. "Jangan ditahan sedihnya. Pasti sakit banget."

Napas Lucas tercekat. Dia teringat masalah yang menimpa keluarganya. Ditambah Nuca yang sempat ingin bunuh diri dan membuatnya sangat ketakutan. Sungguh, Lucas tidak ingin kehilangan anggota keluarganya dengan cara yang buruk. Cukup mamanya meninggalkannya karena sakit hati ke papanya.

"Makasih," bisik Lucas sambil menyandarkan pipi di kepala Vanel.

Satu tangan Vanel terangkat dan mengusap belakang kepala Lucas. "Butuh temen cerita?"

"Saya nggak bisa cerita."

"Oke, tapi jangan dipendam sendiri, ya."

Hati Lucas tersentil. Kalimat Vanel sama dengan ucapan mamanya dulu. Lucas selalu diminta mamanya untuk cerita. "Kamu bikin saya makin ingat mama."

All OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang