OUT-48

560 49 5
                                    

"Uhuk... Uhuk...."

Vanel mengambil gelas dan menuangkan air putih. Dia mengulurkan ke Lucas, tapi papanya menepuk punggung lelaki itu. Seketika dia sadar tidak seharusnya menyerahkan air mineral. Dia meletakkan gelas itu lalu melanjutkan makan.

"Makasih...."

Perhatian Vanel teralih. Lucas mengambil segelas air putih yang telah diambil dan menegaknya pelan. Tanpa sadar Vanel tersenyum. Ah, dia memang mudah luluh.

"Lucas kayaknya kaget banget," ujar Mama Vanel.

"Pertanyaan tiba-tiba, Tan."

"Nggak ada pertanyaan tiba-tiba."

Lucas menatap papa dan mama Vanel bergantian. Dia tetap merasa itu tiba-tiba.

"Nggak mau jawab?" tanya Papa Vanel.

"Nggak tahu ke depannya bakal kayak gimana, Om, Tante." Lucas menatap Vanel yang menunduk, menghabiskan sisa makanannya.

Vanel mengambil gelas besar dan menuangkan air putih ke gelas berukuran sedang. Dia meminumnya pelan lalu menatap papa dan mamanya. "Kan, nggak mudah buat pacaran," ujarnya. "Bisa jadi aku bukan tipenya."

Papa Vanel sontak menatap Lucas. Mendapat tatapan itu, Lucas menggaruk tengkuk. "Vanel cantik, anaknya juga ceria," jawabnya. "Yah, sisanya tinggal dilihat."

"Pa, jangan terlalu dinterogasi. Wajah Lucas kelihatan merah banget itu." Mama Vanel memberi kode ke suaminya.

"Maaf, tapi om harus tahu." Papa Vanel menepuk pundak Lucas dengan pelan.

Lucas menatap Vanel yang terlihat tidak bersemangat. Dia merasa wanita itu sengaja menghindari tatapannya. Lucas menunduk, mulai canggung.

"Om bisa bicara sama kamu, Lucas?"

Vanel menatap papanya tak suka. Sedangkan Lucas menatap lelaki di sampingnya sambil tersenyum samar. "Ya, Om. Mau ke ruangan kerja saya?"

Papa Vanel menegak minumannya lalu berdiri. "Boleh."

"Pa, mau ngapain?" Vanel seketika panik.

"Urusan lelaki."

Lucas menatap Vanel yang terlihat ingin tahu. Dia tersenyum, tapi wanita itu membuang muka. Kemudian, Lucas berjalan menjauh diikuti oleh Papa Vanel.

"Udah, biarin papamu ngomong sama Lucas," ujar Mama Vanel menenangkan.

"Papa nggak bakal ngomong aneh-aneh, kan?"

Mama Vanel mengangkat bahu.

Vanel gelisah, khawatir papanya meminta Lucas macam-macam. Apalagi, kalau papanya meminta Lucas menikahinya. Aduh, gue terlalu berpikir panjang kayaknya.

***

Papa Vanel duduk di sofa panjang, menatap rak buku berbahan kayu yang terdapat buku besar dan vas bunga yang menghiasi. Dia mengedarkan pandang dan tidak melihat foto atau hiasan dinding di ruangan Lucas. Kemudian, perhatiannya tertuju ke Lucas yang duduk di sofa single di seberangnya.

"Ada yang mau dibicarakan, Om?" tanya Lucas.

"Soal Vanel."

Jantung Lucas berdegup lebih cepat. "Vanel?"

"Dia anak perempuan om satu-satunya. Kamu tahu, kan?" Papa Vanel mulai berbicara dengan serius.

"Tahu. Saya pernah lihat foto keluarga di ruang tengah," aku Lucas.

Papa Vanel tersenyum. "Om dari dulu pengen anak cewek, sebagai alarm kalau om mau macem-macem. Sekaligus biar om nggak terlalu keras kepala," ujarnya. "Besarin anak cewek jelas beda sama cowok. Ngomong kenceng dikit udah bikin Vanel nangis ketakutan."

All OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang