OUT-5

975 78 7
                                    

Saat Vanel masih tinggal dengan kedua orangtuanya, dia memang semaunya sendiri. Makan harus enak. Semua harus tersaji dan dia enggan melakukan apapun. Kedua abangnya selalu hafal jika Vanel makan makanan yang tidak enak, pasti akan menggerutu. Begitu pula jika ada hal yang tidak disukai, sudah pasti ada gumanan yang mengalahkan suara lebah. Vanel memang seperti itu.

"Ahh. Mulut gue kebiasaan, deh!" Vanel memukul bibir beberapa kali. Dia menatap makanan dari restoran Jepang lengkap dengan minumannya.

Vanel menyangga dagu. Dia tidak percaya tadi Lucas melihatnya duduk di depan kaca. Apa mungkin lelaki itu baru saja mencari makan dan melihatnya?

"Tapi, kenapa dia nggak cepet-cepet turun?" keluh Vanel.

"Apa lagi?"

Pandangan Vanel teralih. Dia melihat Sanya kembali sambil membawa minuman berwarna orange. Temannya itu mendekat dan melihat makanan yang tergeletak di meja.

"Bukannya lo makan di kantin sama Ando?"

Vanel mendorong makanan di depannya. "Gue sering gerutu, ya?"

Sanya cukup kaget mendengar pertanyaan itu. "Banget! Lo itu ratu lebah!" jawabnya sambil menahan tawa.

"Gue udah coba biar nggak gerutu padahal." Vanel menatap Sanya lelah.

"Kali ini kenapa lagi?"

"Makanan di atas asin."

"Ayam teriyaki?" tebak Sanya.

Vanel mengangguk. "Kali ini asinnya lebih parah." Dia bergidik mengingat rasa asin yang cukup keterlaluan. "Terus, gue turun buat beli minum."

"Sambil ngomel pasti." Sanya hafal dengan Vanel.

"Hmm. Terus didenger Pak Lucas?"

"What?"

Bahu Vanel terkuai lemas. Dia menggerakkan dagu ke makanan di atas meja lalu menggaruk kepala. "Apes banget, sih, gue!"

Kreek.... Sanya mengambil kursi dan mendekatkan ke Vanel. "Kok bisa Pak Lucas denger? Dia ngikutin lo?"

"Dia di mobil."

"Berarti lo ngomelnya kenceng, dong!"

Vanel membingkai kepala menyadari itu. "Aduh. Tahu, deh!" Dia menurunkan kedua tangan dan mengambil teh ocha yang tergeletak. "Pasti Pak Lucas nilai gue macem-macem."

"Kurangin kebiasaan ngeluh lo," ingat Sanya. "Kalau enggak anak-anak bakal tahu lo siapa."

"Emang dia siapa?"

Dua orang yang duduk berdampingan itu sontak menoleh. Melati berjalan lebih dulu disusul oleh Jelin. Lantas Melati berdiri di depan Sanya. "Emang dia siapa?" ulangnya.

Vanel menegak minumannya dengan kasar. "Gue cewek cantik."

"Idih...." Jelin bergidik.

Sanya menatap dua orang di depannya. "Jangan cari gara-gara, deh! Gue yakin kalian bakal nyesel." Setelah mengucapkan itu dia menggerakkan kaki hingga kursinya bergeser menuju meja.

Vanel menggerakkan tangan meminta dua orang itu menjauh. Kemudian dia membuka kotak makan dan melihat sushi. Tanpa banyak kata dia melahap sushi itu. Sambil di pikirannya tertuju ke Lucas.

***

Bugh....

Lelaki yang masih mengenakan setelan kantor itu berbaring di sofa panjang. Dia menarik dasi ke bawah kemudian melepasnya. Satu tangannya lalu melepas kancing jas dan melepasnya pelan. Sekarang, tersisa kemeja lengan pendek yang dikenakan.

All OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang