Lucas tidak akan mau melakukan sesuatu tanpa pertimbangan matang. Dia tidak mau berjalan tanpa arah dan peta. Dia selalu menentukan tujuan, memperkirakan jarak dan menyiapkan bekal untuk sampai ke tempat yang dituju. Namun pagi ini, Lucas mencoba untuk gegabah.
Pandangan Lucas tertuju ke wanita yang mengenakan piama hitam bunga-bunga yang sedang menyiapkan makanan. Pertama kalinya, Lucas datang ke tetangga apartemennya. Sungguh, sejak awal tinggal di apartemen dia tidak pernah mengenal penghuni lainnya. Parah, kan? Dia benar-benar tertutup.
Kali ini, Lucas memutuskan datang ke apartemen Vanel sambil membawa makanan. Alasannya sepele, dia ingin membuktikan apakah tertarik ke Vanela atau tidak. Di samping itu, dia juga ingin membuktikan jika tidak membawa sial.
"Sudah...." Vanel mendorong ayam goreng yang tampak menggoda itu ke arah Lucas. Setelah itu dia duduk dan menatap lelaki itu yang masih terdiam. Vanel masih tidak habis pikir, untuk apa Lucas ke apartemennya. Dia yakin, lelaki itu pasti tahu semuanya dari sang papa. Vanel ingin marah, tapi tidak mungkin langsung marah-marah ke tamunya.
"Kamu nggak makan?" tanya Lucas melihat Vanel yang terdiam. Dia mengambil paha ayam dan memakannya.
Vanel mengambil potongan yang sama dan melahapnya. Pandangannya tidak terlepas dari Lucas yang malam ini tampak berbeda. "Kenapa kok tiba-tiba ke sini?"
"Besok pembukaan kantin?" Lucas tanpa sadar menanyakan itu. Dia tidak tahu harus mengatakan apa lagi.
"Ha?" Vanel menatap Lucas tak percaya. "Karena itu Pak Lucas ke sini?"
Lucas menggigit ayam goreng krispi itu untuk menghilangkan rasa canggung. "Salah satunya," ujarnya. "Udah, jawab aja."
Krak.... Vanel menggigit ayam gorengnya dengan kasar, hingga krispi ayam itu turun ke meja. Dia mengunyah ayam goreng itu sambil menatap Lucas sebal. "Harus banget, ya, ganggu karyawannya?"
"Itu penting!" jawab Lucas tanpa sadar dengan nada meninggi.
"Tapi, besok kan bisa!"
"Besok saya cuti."
"Besok pagi bisa saya laporkan!" ujar Vanel penuh penekanan. Dia memakan sisa daging ayam yang menempel dan menariknya dengan kencang.
Lucas heran melihat cara makan Vanel yang tidak anggun. "Kasih tahu, besok kayak gimana," pintanya.
Tak.... Vanel sedikit melempar tulang paha ayam itu kemudian beranjak. Dia menuju kamar dengan bibir menggerutu. Tentu saja dia marah karena Lucas membahas pekerjaan. Seperti tidak ada hari esok saja.
"Huh...." Lucas mengembuskan napas panjang. Dia mengambil cola di depannya dan menegaknya pelan. Setelah itu dia menatap ke pintu kamar Vanel. Saat wanita itu keluar, dia buru-buru membuang muka.
Vanel kembali dan meletakkan ponsel di hadapan Lucas. "Udah siap."
Lucas melihat sebuah foto dengan pemandangan kantin yang tampak baru. "Baguslah," ujarnya. "Meja kursinya juga tertata."
"Makanan yang disediakan juga beragam, meski berulang," ujar Vanel. "Ada jadwal sendiri yang harus ditepati."
"Rasanya?"
"Udah pasti enak." Vanel mengambil ayam goreng lagi, kali ini bagian dada. Dia membuka saus dan meletakkan di atasnya. Kemudian dia melahap ayam goreng itu agak susah, karena ukurannya besar.
Lucas mendorong ponsel di depannya lalu menatap Vanel yang memakan dengan kasar dan ada saus menempel di pipi. Lucas menahan tawa, membuat Vanel menatap tajam. "Ada saus di pipimu."
"Emang kenapa? Kalau ada saus di jidat juga kenapa?" geram Vanel sambil terus menikmati makanannya.
Diam-diam Lucas memperhatikan. Dia mencoba mencari tahu, apakah benar tertarik ke Vanel? Wanita itu sangat ceplas-ceplos dan bar-bar, tapi penakut. Di luar sana pasti banyak perempuan anggun yang mau dengan Lucas. Masalahnya gue yang nggak tahu cara deketinnya gimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
All Out
RomanceVanel iseng mendatangi peramal untuk mencari peruntungan kisah cintanya. Peramal itu mengatakan jika ada energi negatif yang akan datang. Setelah itu, Vanel terlibat perseteruan dengan Lucas, bos besarnya. Apakah energi negatif yang dimaksud adalah...