4. Pelantikan

89 46 0
                                    

Adzan subuh berkumandang, alarm yang sudah Alesha setel jauh-jauh sebelum tidur entah kenapa tidak berbunyi. Alesha dengan pulasnya menarik selimutnya untuk kembali tertidur. Pasalnya, ia terbiasa bangun menunggu alarm nya berbunyi.

Alesha merasa ada yang aneh. Lantas, dengan mata yang sedikit menyipit ia pun bangun sambil menengok ke arah jarum jam. Betapa terkejutnya dia, jam sudah menunjukkan pukul 5. Dengan langit yang sedikit remang-remang. Ia menyibakkan selimutnya dan bergegas mengambil air wudhu untuk menunaikan sholat shubuh.

Seperti biasa, Alesha badmood setengah mati. Kenapa orang rumah tidak membangunkanya? Rasa marah campur aduk dengan rasa pengen nangis.

Tanpa pikir panjang, Alesha bersiap untuk berangkat ke sekolah. Sambil mengemasi barang bawaan untuk pelantikan PMR nanti. Namun, rasanya masih ada yang mengganjal dalam pikiran Alesha. Padahal ia yakin betul bahwa semua perlengkapan sudah ia masukkan ke dalam tas.

'Ah sudahlah, mungkin itu cuma pikiranku aja' Gumam Alesha sambil menaiki motor yang dibawa oleh ayahnya. Hari ini ia memutuskan untuk berangkat bareng ayahnya, karena tempat kerja yang searah dengan sekolahnya. Terlebih barang bawaannya juga berat.

"ALESHA ini kamu nggak sarapan dulu toh.", teriak ibu Alesha dari dapur.

" Enggak dulu Buk. Takut kesiangan. Alesha pamit berangkat." Timpal Alesha dengan nada tergesa-gesa.

****

Jarak yang lumayan jauh dari gerbang menuju kelas, membuat deru nafas Alesha memburu tak beraturan. Ia kira bel masuk sudah berbunyi ternyata masih ada sisa 5 menit lagi.

Dari kejauhan, tampak segerombol manusia berkerudung di depan kelas. Seperti biasa, ritual rumpi dimulai sebelum jam pelajaran.
"SHA", teriak Vani yang di samping nya ada Lily selaku sahabat baru Alesha.
"Kirain udah masuk huffftt." Dumel Alesha sambil melonggarkan ransel tas nya.

Setelah semuanya masuk kelas. Tak lama kemudian, guru datang dan melangsungkan pelajaran. Hal yang dinanti-nanti akhirnya tiba. Bel istirahat berbunyi. Alesha sudah tidar sabar, mengingat dari tadi cacing-cacing di perutnya sudah berteriak meminta jatah.

"Duh Van, Ly cepetan ih. Perut gue udah gak kuat.", rengek Alesha sambil memegangi sebelah perutnya.

"Hah lo PMS?", Sahut Lily bingung.

"Bukan itu, gue laper. Daritadi belum nyarap."

Akhirnya mereka bertiga berjalan menuju kantin untuk memesan makanan. Namun, naasnya mereka terlambat sampai di sana. Kantin sudah dipenuhi kumpulan manusia dengan wajah melas yang mengantri. Entah kenapa rentetan-rentetan manusia ini tidak ada habisnya. Demi mengganjal perutnya yang keroncongan, Alesha terpaksa beli gorengan terlebih dahulu. Hingga bel masuk berbunyi, ia pun mengurungkan niatnya untuk membeli nasi.

****
Seusai sholat dhuhur, Alesha sekaligus kawan-kawan bersorak riang akhirnya bisa mampir ke kantin. Soto hangat dipadu dengan es teh emang tiada tanding. Aroma khas yang menyeruak membuat siapapun nagih makan di sana.

"Alhamdulillah, akhirnya perut gue keisi. Duh maap ya para penghuni perut. Kalian jadi telat makan." Oceh Alesha sembari mengelus pelan perutnya.

Kedua temannya hanya bisa melongo melihat tingkah konyol Alesha.

Tak lama kemudian terdengar bunyi 'Syur'. Kuah soto yang tinggal setengah mangkuk itu dengan lancangnya menerobos seragam milik Alessha.

Aku Ingin Move On [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang