49. Pengobanan

44 6 5
                                    

(Baca sambil setel mulmed di atas) 👆

Semua tentangmu adalah bahagiaku...
Alesha Revalina Putri
Nama yang begitu indah sampai-sampai aku rela mengorbankan jiwa ragaku untuknya
Tapi tak ada rasa sesal sekalipun dalam hatiku

Aku ikhlas...
Jangan pernah bersedih atas apapun yang terjadi nanti habibati...
Aku akan terus menunggu...meski kita tak lagi bersama

Yang ku ingin adalah melihatmu tersenyum
Terima kasih telah menerimaku

Demi Allah, aku senang bisa menuntaskan tanggung jawabku
Meski nanti aku tak bisa melihatmu lagi

- Bara Dafi Arfathan -

***

Sorenya, Dafi dan Alesha sudah pulang ke rumah mereka. Sambil menunggu adzan maghrib, keduanya memilih bercengkerama di balkon. Semriwing angin dengan siluet senja membuat keduanya nyaman saling berpelukan.

"Sha, kamu masih inget? Malam itu aku pernah janji...."

Alesha terdiam mencoba mengingatnya.

"Kalau kamu rajin minum obat. Aku bakal ngajak kamu ke sebuah tempat." Terang Dafi menambahkan.

Alesha mengangguk mulai mengingatnya.

"Jadi aku mau tepatin janji aku." Imbuhnya.

Alesha mendongakkan kepala menatap suaminya dengan senyum yang mengembang.
"Sekarang?" Tanyanya bersemangat.

Dafi terkekeh lalu mencubit gemas hidung Alesha. "Gak sabaran banget sih."

"Ya ya ya terus kapan?" Dengus Alesha merotasikan bola matanya ke samping.

"Bentar aku ke dalem dulu. Tutup mata. Awas jangan ngintip." Dafi melepas pelukannya dan beranjak menjauh.

"Ck! kebanyakan nonton sinetron. Pake tutup mata tutup mata segala." Omel Alesha manyun. Menatap kesal lelaki itu.

"Diem, gausah protes."

"Iya iya. Cepetan." Tanpa berkomentar lagi, Alesha menutup matanya dengan telapak tangan.

Setelah menemukan apa yang dicari, Dafi kembali menghampiri Alesha. Tangannya memegangi box mewah lalu duduk bersila berhadapan dengan istrinya.

"Ish Udah belom?" Protes Alesha merasa dikerjai. Tangannya terasa kesemutan kalau begini terus.

Padahal tidak tahu saja, kalau sedari tadi Dafi senyam-senyum memandangi dirinya.
"Sekarang buka matanya." Bisiknya di telinga Alesha.

Perlahan, Alesha membuka mata. Cahaya di depannya sedikit remang-remang jadi tidak terlalu jelas apa yang dilihatnya.
"Eh eh bentar kok burem."

"Ha? Burem gimana? Kita ke dokter aj---" Sambar Dafi panik. Ditaruhnya kotak tadi di lantai, tangannya bergerak mengecek wajah Alesha.

"Gausah lebay. Orang cuma belekan." Potong gadis itu mendengus sambil mengucek kedua matanya.

"Lagian kamunya ngagetin." Sahut Dafi membuang nafas lega.

"Mana hadiahnya." Tagih Alesha karena terlanjur kepo.

"Ini. Sebentar, aku buka ya." Dafi mengambil kembali kotaknya. Alesha mengikuti arah pandang suaminya.

CTAK!!

CTAK!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku Ingin Move On [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang