26. Mulai Terbiasa

64 29 0
                                    

Dilarang keras untuk plagiat !! Kalau pengen plagiat. Sepertinya salah lapak. Penulis masih amatir.

Warning⚠️ Berani plagiat berati berani tanggung resikonya nanti di akhirat. Penulis tidak ridho !

***

Dua tahun semenjak kematian Gavin. Alesha lebih banyak mengurung diri. Rasanya sangat sulit untuk membuka hati untuk orang baru. Bahkan tak tak sedikit yang mencoba mendekatinya. Tapi Alesha cuek tak menanggapi. Ia beralibi ingin fokus pada pendidikan. Padahal bukan itu maksud utamanya.

Drrt Drrt

Vani
Betah amat di kelas neng
Makan yuk laper, gue tunggu di depan perpus nanti ke kantin bareng

Alesha
Bukan betah tpi emang belum kelar kelasnya dodol

Vani
Iya deh iya Umi Alesha

Alesha menaruh kembali ponselnya ke meja. Memang benar, seharusnya mata kuliahnya sudah selesai sepuluh menit yang lalu. Tapi belum juga diakhiri sampai sekarang.

Dosen yang tadinya fokus ke laptop melirik sekilas jam di tangannya dan berdiri. Sepertinya ingin mengakhiri.

"Baik saya akhiri pertemuan hari ini. Amal 'an takun almaerifat alati 'usharikuha mufidatan."
(Semoga ilmu yang saya bagikan bermanfaat)

"Aamiin ya robbal 'alamin ustadz."

"Kita tutup dengan doa kafaratul majelis. Subhanaka allahumma wa bihamdika, asyhadu an laa ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atubu ilaik. Wassalamu'alaikum Warohmatulohi Wabarakatuh."

"Wa'alaikumussalam warohmatulohi wabarakatuh."

Alesha segera mengemasi buku dan alat tulisnya ke totebag. Ia mempercepat langkahnya menuju perpustakaan tempat Vani menunggu.

"Dorr Assalamu'alaikum." Niatnya mengageti tapi gagal keburu Vani menoleh.

"Wa'alaikumussalam. Gilee lo kelas apaan lama banget dah." Cibir Vani sambil menampakkan muka masamnya.

"Dahlah males nggibah. Yuk ah katanya ke kantin. Perut gue udah laper." Tunjuk Alesha pada perutnya yang sedikit kempes.

"Gimana matkul lo? Kayak tenang-tenang aja gaada beban." Ujar Alesha yang masih menunggu pesanannya.

"Makan. Jangan ngebahas tugas mulu."

Oh iya, Vani mengambil jurusan pendidikan seni murni karena katanya biar hidupnya lebih berwarna. Alesha sempat geleng-geleng mendengar penuturan tidak logis sahabatnya itu. Tapi ia pun sama gak jauh beda. Sama-sama bocah prik. Jadi tak ada alasan menyalahkan dia.

Alasan kedua Vani yaitu karena ingin menghindar dari yang namanya teori, baik analisis maupun hitung-hitungan. Tapi ternyata prediksinya salah. Masih tetap ada walaupun gak sebanyak di SMA.

Sedangkan, Lily ia kuliah di kampus yang letaknya jauh di luar kota. Ia tinggal dengan kerabatnya di sana. Alesha sempat sedih. Tapi ya mau gimana lagi, ia juga tidak punya alasan untuk mencegahnya. Apalagi menyangkut masa depan.

"Alhamdulillah besok kelas gue libur." Sorak Alesha setelah mendapat notif dari ponselnya.

"Tumben-tumbenan."

"Gatau, katanya guru gue cuti."

***

Sukses mendapat gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) di usia kuliahnya yang 3,5 tahun. Dafi kini mengabdi di pesantren milik Kyai Hasan, tempatnya mondok. Sejak lulus setengah tahun lalu, Dafi pulang ke rumah bisa terhitung jari. Palingan tiga sampai empat kali.

Aku Ingin Move On [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang