39. Siapa Dalangnya?

53 13 0
                                    

Dilarang keras untuk plagiat !! Kalau pengen plagiat. Sepertinya salah lapak. Penulis masih amatir.

Warning⚠️ Berani plagiat berati berani tanggung resikonya nanti di akhirat. Penulis tidak ridho !

***

Setelah Dafi menyuruhnya bersih-bersih. Alesha menunggu suaminya di tepian kasur. Sedangkan, Dafi mungkin masih belum selesai mandi di kamar mandi luar.

Hatchim

Padahal baru hujan-hujanan sebentar. Tapi apa ini, dirinya flu? Belum lagi tubuhnya sedikit meriang. Sore ini ia belum makan karena niat awalnya menunggu Dafi. Tapi ternyata sampai selarut ini.

Hatcim

Dafi yang baru saja masuk, melihat Alesha bersin sekilas lalu memutus pandangannya. Jika biasanya ia akan menanyakan banyak hal, tetapi kini masih dalam mode marah.

"Kak Dafi, mau aku buatin teh hangat atau wedang jahe?" Tawar Alesha yang dibalas singkat oleh Dafi.

"Teh"

"Panas, dingin, atau hangat?"

"Hangat"

"Oke siap."

Alesha bersemangat menuju dapur. Dengan kecepatan super, ia kembali membawa secangkir teh hangat pesanan suaminya.

"By, ini teh aku taruh sini. Kalau mau makan, di meja sudah Alesha masakin."

Alesha kembali ke posisi kasurnya semula. Ia benar-benar tidak betah, ingin menidurkan tubuhnya. Antara meriang, hidung mampet, sama perutnya sedikit terkocok.

Hatchim

"Ya Allah kenapa pusing banget. Hidung kenapa, mampet segala lagi. Kalo mau keluar ingus ya tinggal keluar aja. Kenapa malah main petak umpat. Bikin susah orang aja sih." Keluh Alesha pelan.

"Sshhh---"

Alesha memukul-mukul kepalanya. Berharap pusingnya akan segera mereda.

"Heh! Kenapa gitu?" Tegur Dafi menatap heran Alesha.

"Pusing By." Celetuk Alesha yang masih melanjutkan aksi konyolnya.

Dafi seketika melupakan mode marahnya, ia menggeser badannya mendekat dan mencekal tangan Alesha. Walau semarah apapun ia tetap tidak tega jika melihat istrinya kesakitan. Apalagi sekarang posisinya sedang hamil.

"Sini aku pijitin."

"Gamau, pasti gak ikhlas kan. Kalo masih marah mending gausah. Udah sana" Tolak Alesha, entah kenapa dirinya mulai badmood.

Dafi menghela nafas. "Lupain marahnya. Sini, mau dipijitin nggak?"

"M-mau."

"Siapa suruh hujan-hujanan kayak tadi? Keras kepala banget." Ucap Dafi dengan tangan memijit kening Alesha.

"Ya, siapa suruh marah-marah kayak tadi?" Bantah perempuan itu.

"Iya maaf, Aku marah juga karena kamu. Pokoknya habis ini kamu harus janji gak boleh ada yang diumpetin dari aku."

"Iya aku juga minta maaf By."

Keduanya sama-sama tersenyum.

"By, kamu pake parfum apasih bau banget. Ya Allah pengen muntah." Dumel Alesha menyumbat hidungnya dengan jemarinya.

"Bau darimana nya. Orang wangi gini kok." Dafi mengendus bau kaosnya. Tidak ada yang aneh.

"By ih. Ganti sana."

Aku Ingin Move On [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang