11. Tulisan?

67 40 0
                                    

Dilarang keras untuk plagiat !! Kalau pengen plagiat. Sepertinya salah lapak. Penulis masih amatir.

Warning⚠️ Berani plagiat berati berani tanggung resikonya nanti di akhirat. Penulis tidak ridho !

***

Hidangan sudah tersaji di meja makan. Berkat tangan gemulai Alesha dan ibunya akhirnya masakan itu sudah siap. Tercium bau wangi masakan. Alesha tersenyum bangga.

Sedari sore sibuk mondir-mandir bertarung dengan peralatan dapur ternyata cukup melelahkan. Alesha mendudukkan dirinya ke kursi. Sambil mengelap peluh di keningnya.
"Kak Ejaz kok belum sampek ya?" Tanya Alesha gak sabaran.

"Tadi pas ditelfon bilangnya udah deket paling isya udah nyampek Sha." Papar Bilqis mengelap piring dan menatanya ke meja makan.

"Alesha tinggal bentar gapapa?" Alesha menatap ibunya sekilas.

"Mau kemana?" Sahut ibunya heran.

"Badan Alesha lengket banget Bu. Mau mandi." Celetuk Alesha sambil mengendus bau ketiaknya. Ia tidak mandi lebih awal karena pikirnya ia masih berhalangan sholat. Eh malah keblablasan.

"Yaudah sana. Kirain udah mandi. Pantesan daritadi ibu nyium bau kecut. Ternyata tersembunyi di balik ketiakmu itu toh." Titah Bilqis dengan sedikit lelucon yang dibuatnya.

"ish ibu mah." Dumel Alesha yang masih bisa didengar ibunya. Sementara Bilqis hanya cekikikan memandangi Alesha.

****

Terdengar suara gaduh dari luar. Alesha cepat-cepat menghentikan aktivitas menyisirnya. Ia sudah rapi dengan kaos putih dan setelan celana komprang sehabis mandi. Ia menggulung singkat rambut panjangnya.

Berjalan mendekati pintu. Alesha berniat membukanya. Namun, belum sempat menceklek gagang pintu.

Bruk...Tubuh mungilnya tersungkur ke lantai. Membuat Alesha meringis kesakitan. Terlebih ia merasakan ada benjolan kecil di dahinya. Ia juga menyayangkan pantatnya yang sedikit penyok. Masalahnya ini lantai bukan trampolin.

Alesha menatap ke depan, memperhatikan siapa biang keroknya, mata Alesha menajam melihat orang itu yang hanya mematung tak membantunya.

"iiihh bantuin kek. Gue gak nyewa patung. Jadi gausah diem aja gitu." Pekik Alesha yang membuat lelaki itu tersadar.

Segera lelaki itu mengulurkan tangannya menolong Alesha. Ia membawa Alesha ke pinggiran kasur.

Tak jauh beda dari kebiasaan emak-emak. Alesha memulai obrolan dengan mengomel. Apalagi sekarang posisinya lagi menyandang status menjadi wanita pms. "Lain kali ketuk dulu kalau masuk. Kebiasaan, main nylonong aja. Kalau tadi gue jantungan terus pingsan gimana?"

"Ya bagus dong. Tinggal lemparin aja ke sungai." Dengan santainya lelaki itu menjawab.

Alesha melotot tajam. "Dasar kakak biadab."
Yah, laki-laki yang berhasil membuatnya jatuh sekaligus menjengkelkan itu kakaknya. Eijaz berusaha menutup rapat-rapat mulutnya, tetapi tawanya masih saja tak tertahankan. Akhirnya tawa itu lepas melihat benjolan di kepala Alesha yang menurutnya lucu.

"Gak usah ketawa. Gak lucu." Sewot Alesha.

"Lo cocok kek gini. Biar muka lo bermotif dikit gak flat hahaa." Ledek Eijaz yang dihadiahi tatapan maut oleh Alesha.

Secepat kilat, Alesha menabok lengan Eijaz. Ia benar-benar kesal dengan makhluk satu ini.
"Gila. Udah balik aja lo ke Bandung. Bikin rusuh tau nggak."

Teriakan Bilqis dari luar membuat ke dua orang itu berhamburan keluar. Ia tak ingin membuat ibunya berlama-lama menunggu. Bisa kena cakar mereka. Meski terkadang lemah lembut, Bilqis kalau sudah mengamok bakatnya bisa keluar semua. Termasuk membuat peralatan dapur melayang.

Sesaat di meja makan, semua insan menyantap makanan masing-masing. Beberapa kali Alesha menguap, wajar saja karena sepulang sekolah ia tidak tidur sama sekali. Ibunya lalu menyuruhnya untuk segera tidur, takut anaknya besok telat lagi. Bisa dibilang nyawa Alesha sekarang cuma 1%, Alesha mengangguk mantap tanpa membantah dan berlalu ke kemarnya setelah mencuci piring.

****

Tidak seperti biasa yang masuk telat. Alesha kini memilih bangun pagi dan berdandan rapi untuk ke sekolah. Moodnya sedikit membaik, sehabis dicharger semalaman (tidur pulas). Ia ingin membuka lembaran baru di hidupnya. Merasakan kehidupan sesungguhnya, tanpa yang namanya CINTA.

Sambil memutar lagu di headset yang ia colokkan ke telinga. Hari ini, Alesha diantar Eijaz. Kan sayang budak satu ini kalo gak dimanfaatkan betul. Awalnya Eijaz menolak, tapi karena gertakan ibunya akhirnya ia menurut. Meskipun wajahnya masih terlihat kesal.

Gedung sekolah mulai terlihat. Seiring dengan motor yang terhenti. Alesha menuruni segera sambil mencopot helmnya.

"Makasih babu atas tumpangannya. Nih helmnya gak butuh." Alesha menyodorkan helmnya sembari tersenyum yang tampak dibuat-buat.

"Bilang apa lo tadi? Awas lo ya. Aduin ke ibu." Menghadapi anak pubertas harus ekstra sabar, banyak-banyak istighfar.

"Ck tukang ngadu."

Alesha menjulurkan lidahnya, berlari masuk meninggalkan kakaknya yang masih kesal. Setelah melangkah sebanyak 3 tapak kaki, rasanya masih kurang. Ia kembali membalikkan tubuhnya dan memasang muka lempeng. Ia meyakini saat ini kakaknya itu sudah bersungut-sungut karena dongkol.

Alesha tertawa misinya kali ini berjalan mulus. Ia langsung ngacir ke kelas sebelum diketahui siswa lain.

****

Bel masuk telah nyaring berbunyi, bertepatan dengan itu gurunya entah mimpi apa bisa sedisiplin ini memasuki ruangan. Biasanya juga telat. Alesha sudah fealing tidak enak.

"Assalamualaikum anak-anak. Oke, kali ini cepat keluarkan lembar kertas kalian. Sekaligus pulpen. Hari ini Bapak bakal adain kuis. Jadi jangan berisik. Dan perhatikan dengan seksama apa yang Bapak jelasin. Paham?" Terang guru itu yang dijawab serentak oleh siswa kelas 10A IPS.

Nah kan, fealing Alesha terbukti. Guru matematika nya ini selalu saja punya sisi misterius. Untungnya sebelum berangkat ia sempat membuka sedikit catatannya minggu lalu.

Alesha membongkar isi tasnya. Mencari lembar kosong yang biasa dibuat ulangan. Saking banyaknya kertas, membuatnya bingung mana kertas yang sudah dipakai mana yang belum. Alesha yang panik, membuat lembar itu jatuh berserakan.

Secepatnya Alesha memunguti dan menaruhnya asal ke dalam tasnya. Tanpa ia sadari, ada secarik kertas yang tertinggal jauh dari jangkauannya.

Kini Alesha sudah siap dengan pulpen di tangannya. Tinggal menunggu aba-aba lanjutan dari gurunya. Sebelum itu, Alesha lebih dulu menulis nama dan nomor absen miliknya.

Tepat di belakang tempat duduk Alesha, seorang siswi menyadari ada sesuatu yang jatuh di bawah mejanya. Siswi itu menekuk tubuhnya dan mengambilnya. Tulisan yang cukup panjang. Ia memang tidak hobi membaca. Tapi setelah menatap lekat tulisan itu membuatnya kepo. Namun, ia memilih melipat kecil dan menaruhnya ke saku bajunya. Ia akan baca nanti. Ia tak mau kena omel guru di depannya karena sekarang waktunya kuis.

"Kira-kira apa isi tulisan tadi? Sepertinya tulisan itu tak asing" Gumamnya lirih.

****

Ada yang sudah bisa tebak apa isi kertasnya?🤔

Duh mimin juga bingung mau diisi apa tuh kertas😆

Update rutin jam 3 sore keatas In Syaa Allah 📝 jangan lupa masukin ranjang perpustakaan biar enak bacanya :)

Sempetin baca Alquran juga ya gaiss!! Ingat, sebaik-baik bacaan cuma Alquran.

Bye bye🖐 yang kangen Dafi ngacung cobak? Habis ini Dafi keluar buat ngobatin rindu kalian😍

Aku Ingin Move On [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang