Dilarang keras untuk plagiat !! Kalau pengen plagiat. Sepertinya salah lapak. Penulis masih amatir.
Warning⚠️ Berani plagiat berati berani tanggung resikonya nanti di akhirat. Penulis tidak ridho !
***
Hari kian berganti. Pagi buta Alesha sudah bangun dan keramas. Waktu haidnya telah usai, kini ia menggelar sajadah dan melakukan sholat tahajjud.
Daripada melanjutkan tidur, Alesha memilih mengambil mushaf yang berada di atas meja belajarnya.
"Alhamdulillah." Alesha tersenyum lebar memegang erat Alquran yang ia ambil. Sudah lama ia tak membukanya.
Ayat demi ayat ia lantunkan. Saking menikmati bacaannya, Alesha baru sadar ternyata sudah memasuki waktu shubuh. Ia menutup mushafnya dan mengembalikannya ke tempat asal.
Alesha berdiri untuk sholat qobliyah dan dilanjut sholat shubuh.
****
Setelah memastikan Eijaz pergi. Alesha bersenandung kecil menyusuri pemandangan sekolah. Matanya bertubrukan dengan mata Vani.
"Van" Panggil Alesha yang mendapati Vani berjalan ke arah koperasi. Tak mendapat sahutan. Alesha kembali memanggilnya.
"Van mau kemana?"Bukannya menjawab. Vani malah melengos ke arah lain. Alesha mengernyit bingung. Selintas demi selintas pertanyaan berceceran di otaknya. Apa ada yang salah dengannya?
"Perasaan kemarin baik-baik aja." Batin Alesha.Ia tak mau ambil pusing. Mungkin Vani tidak mendengarnya. Atau mungkin Vani sedang pms. Presepsi buruk coba Alesha singkirkan. Berjalan santai menuju ke kelas. Tetapi semakin ke sini, semakin aneh. Tatapan semua orang bak ingin memakannya hidup-hidup.
"Kenapa dengan orang-orang ini? Kenapa menatap seperti itu? Apa pada kesurupan massal?" Gerutu Alesha pelan.
"Eh lihat tuh si cewek pelakor." Bisik cewek pada segerombol temannya. Tatapannya mengarah pada Alesha yang sedang berjalan.
Alesha masih bisa mendengar perkataan tersebut. Wait? Apa barusan cewek tadi mengatainya?
"Masih punya muka rupanya." Ketus cewek di sampingnya sambil menyeringai licik.
"Astaghfirullah. Apa jangan-jangan kehabisan stok laki-laki. Mereka jadi suka sesama jenis?" Alesha geleng-geleng kepala lalu mempercepat langkahnya.
Baru sampai di ambang pintu kelas. Seseorang menarik tangannya, membuat Alesha berjalan kewalahan menyeimbangkan langkahnya.
Lily melepaskan cengkeraman tangannya. Menghentikan langkah di depan kamar mandi. Ia menatapnya dalam. Tatapan yang jelas penuh tanya.
"Sha lo jawab gue jujur."Baru akan menjawab. Lily kembali mencercanya dengan berbagai pertanyaan.
"Lo suka sama Gavin? Gimana bisa?"Deg
"Ga--gavin? Kata siapa gue suka sama Gavin?" Ucap Alesha sedikit terbata-bata. Pasalnya ia tak pernah membicarakan hal ini kepada siapapun.
"Lo gak lihat tadi. Di mading udah jelas Sha. Itu tulisan lo kan?"
"Tulisan?" Alesha kembali membeo.
"Iya tulisan. Bentar gue tunjukin." Lily mengambil ponsel yang ada di sakunya. Memperbesar foto yang akan ia perlihatkan kepada Alesha. Beberapa kali ia sempat memfoto tulisan Alesha yang terpajang di mading sekolah.
"Nih lo lihat sendiri."
Alesha mengambilnya ragu dan mengamati seksama foto itu. Benar, itu tulisan tangannya. Tetapi kenapa lembar diarynya bisa ada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Ingin Move On [END]
Teen Fiction⚠️ Siap-siap cerita ini mengandung bawang. Harap baca urut, biar paham alurnya !! Baca sampai tuntas. Sampai kalian nemuin part terindah yang bikin gagal move on😍 **** Jika aku tahu, kebahagiaan ini hanya sebatas singgah. Maka, lebih baik aku tidak...