7. Echa

90 44 0
                                    

Dilarang keras untuk plagiat!! Kalau kalian pengen plagiat. Sepertinya kalian salah lapak. Penulis masih amatir

Warning⚠️ Berani plagiat berati berani tanggung reskikonya dia akhirat. Penulis tidak ridho

***

Sayup-sayup terdengar suara adzan. Alesha mengucek pelan matanya. Menyibak selimut yang menutupi setengah badannya. Setelah cukup tidur, kini ia merasakan tubuhnya lebih enakan daripada sebelumnya. Meskipun rasa lemas itu masih ada.

Ia tidak ingin menunda pertemuannya dengan Allah. Ia ingat betul ceramah yang dia ikuti beberapa minggu silam. Yang berbunyi,

"Sebenarnya bukan kamu yang malas sholat. Tetapi mungkin saja Allah yang tak ingin bertemu denganmu. Boleh jadi sekarang kamu menunda sholat. Tetapi kamu tidak tahu kapan ajal menjemputnya. Tidak malukah kamu jika meninggal dalam keadaan belum sholat? Allah tidak butuh sholatmu kawan. Tetapi kamu lah yang membutuhkannya di akhirat kelak. Bahkan sholatmu belum tentu diterima. Berapa banyak hadist yang menjelaskan banyak orang sholat tapi masuk neraka? Apalagi yang tidak sholat."

Walaupun sedikit bar-bar, Alesha selalu menyempatkan diri untuk menghadiri beberapa kajian.

Menoleh ke kanan kiri tak mendapati seorang pun. Alesha akhirnya memaksakan diri berjalan terseok menuju masjid yang berjarak beberapa meter dari area UKS. Masih setengah jalan, Alesha merasakan ada yang aneh dengan perutnya. Celana yang semula kering kini sedikit ada noda.

Alesha menepuk pelan jidatnya. Ah yah dia lupa, ini adalah tanggal istimewa para wanita. Ia berbalik arah, mengurungkan niatnya ke masjid. Ia segera ke toilet. Namun, ia baru ingat tasnya dan beberapa keperluan lainnya dibawa oleh panitia.

Alesha berdiam diri di toilet. Dengan hawa dingin yang menyeruak ia memilih bertahan. Ia rasa sebentar lagi pasti panitia sudah selesai sholat. Dan benar, sekarang anggota sudah berhamburan. Matanya berbinar ketika mendapati Beril.
"Ril ssttt, Ril."

"Boleh tolong nggak. Gue kayaknya sekarang pms. Dan gue gatau tadi barang-barang gue ditaruh di mana. Tolong tanyain panitia ya. Gue nggak berani keluar soalnya celana belakang gue udah ternodai."

"Oke tunggu bentar."

10 menit menunggu. Beril tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Alesha mulai gusar. Takut nodanya semakin melebar. Ia mengintip di pojokan pintu. Pasalnya ini kamar mandi umum bukan khusus wanita. Jadi ketika keluar, langsung jalanan lorong kelas.

"Kamu kenapa? Kamu nggak sholat?" Bukannya Beril yang muncul, justru Kak Dafi yang lewat ke situ.

Alesha gelagapan. Bingung harus mengatakan apa. Menggaruk tekuknya yang tidak gatal. "Eng--nggak kak. Itu anu apa."

Dafi menaikkan sebelah Alisnya. Mungkin ia juga bingung dengan perkataan ambigu Alesha.
"Kamu masih sakit?"

"Eh enggak kak. Boleh minta tolong. Ambilkan tas saya.", Tanya Alesha ragu.

"Kamu nyuruh saya?"

Rasanya serba salah berhadapan dengan manusia setengah monster. Tiba-tiba lembut, tiba-tiba cuek. Alesha tidak punya pilihan lain, selain harus menjelaskan keadaannya sekarang ini. Dafi akhirnya paham.

"Kamu tunggu sini. Biar saya ambilkan."

"Iya kak. Makasih."

****

Kegiatan pagi sepertinya akan segera dilakukan. Namun, sebelum itu semua anggota termasuk panitia diberi waktu untuk sarapan. Alesha benar-benar bosan berada di sini. Tidak ada teman ngobrol. Tidak ada handphone. Lagi asyik melamun, Tiba-tiba sosok Dafi menyembul dari arah pintu.

Aku Ingin Move On [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang