Dilarang keras untuk plagiat !! Kalau pengen plagiat. Sepertinya salah lapak. Penulis masih amatir.
Warning⚠️ Berani plagiat berati berani tanggung resikonya nanti di akhirat. Penulis tidak ridho !
***
Alesha mematikan mesin motornya. Lalu menuruni jok sepeda sambil merapikan ujung gamisnya yang sedikit kusut. Mereka berdua sudah mengganti baju sesaat sebelum berangkat.
Alesha membuka hp untuk memastikan lokasi yang dituju tepat. Ternyata benar titik lokasinya mengarah ke sini. Merasa ada yang aneh. Alesha menoleh ke belakang. Ternyata Vani masih duduk manis dengan helm yang melekat di kepalanya. Alesha geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya.
"Eh mak lampir. Mau di situ terus sampek lumutan?" Ujar Alesha berkacak pinggang.
"Emang udah sampai?" Tanya Vani dengan polosnya. Tampak berulang kali, teman Alesha itu menatap ke sekeliling.
Dengan senyum yang sedikit terpaksa, Alesha menjawab. "Kalau belum sampai. Ngapain gue turun bocah?"
"Iya juga ya hehee." Dengan cengiran khasnya. Vani turun dari sepeda dan melepas pengait helmnya.
****
"Van lo diem. Gue mau tutup mata lo bentar." Alesha mencoba mengeluarkan sebuah kain dari tas ranselnya.
"Sumprit, hari ini lo nggak jelas Sha. Tadi lo minta gue bawa sepeda. Eh habis itu gue nanya kemana, lo nggak jawab. Ujuk-ujuk nyampek. Mana ini tempat asing pula---". Sebenarnya masih banyak yang pengen Vani utarakan.
Namun, karena kuping Alesha keduluan gerah dengan celotehan Vani. Akhirnya Alesha menutup mata sahabatnya itu dengan kain tanpa izin. Sempat Vani merengek kemudian Alesha kembali meyakinkannya.
"Udah nurut aja napa. Lagian nanti lo bakal seneng deh. Gue jamin."
"Awas aja, kalo lo mau culik gue. Gini-gini gue jago karate." Gertak Vani.
Sambil menggandeng tangan Vani, Alesha berjalan masuk ke sebuah tempat. Pertama kali menginjakkan kaki, senyum Alesha mengembang seketika, melihat balon-balon yang telah tersusun rapi di setiap sudut ruangan. Matanya juga tertuju pada kue yang seolah menari di atas meja meminta untuk disantap.
Tak lupa di situ juga banyak sekali kertas berukuran besar bertuliskan "Happy Birthday Vani". Yah, sekarang tepat ulang tahun Vani. Alesha dan teman-temannya memang sudah merencanakan hal ini jauh-jauh hari.
Perlahan, Alesha membuka ikatan kain dari mata Vani. Sambil mengucek matanya, Vani mengamati sekeliling.. Saat otaknya mulai dalam mode on, ia menganga tak percaya dan berhambur memeluk Alesha.
"Sha lo yang siapin semua ini?" Dengan menatap penuh binar, Vani kembali memeluk Alesha.
"Enggak, tuh ada pasukan gue." Tangan Alesha mengarah pada Lily, Gavin, dan Gio. Geng yang turut serta membantunya. Vani memutar badannya menghadap ke arah pasukan yang rela diperbabu Alesha. Dengan tangan yang dibentangkan, Vani berniat memeluk mereka.
"Inget, bukan mahram woi." Celetuk Alesha yang membuat Vani mengurungkan niatnya.
****
Acara berjalan dengan mulus. Mereka memang tidak mengundang banyak orang. Hanya teman dekat saja yang sefrekuensi, karena pada dasarnya ini grup "random people". Maka yang diundang pun orang-orang random.
"Ehm minta perhatiannya sebentar gaiss." Suara lantang itu mampu mengambil alih suasana yang ramai. Hingga tersisa keheningan.
"Karena ini hari bahagia lo. Gue mau kasih double surprise. Gue harap lo suka. Bentar gue ambil." Sedikit berlari, Gavin mengambil sesuatu dari dalam. Sedetik kemudian, ia sudah keluar dengan tangan yang ia sampingkan ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Ingin Move On [END]
Teen Fiction⚠️ Siap-siap cerita ini mengandung bawang. Harap baca urut, biar paham alurnya !! Baca sampai tuntas. Sampai kalian nemuin part terindah yang bikin gagal move on😍 **** Jika aku tahu, kebahagiaan ini hanya sebatas singgah. Maka, lebih baik aku tidak...