46. Tanda-tanda

40 7 0
                                    

Dilarang keras untuk plagiat !! Kalau pengen plagiat. Sepertinya salah lapak. Penulis masih amatir.

Warning⚠️ Berani plagiat berati berani tanggung resikonya nanti di akhirat. Penulis tidak ridho !

***

Saat ini, kedua pasutri tengah berada di lokasi olahraga. Setelah membayar tiket masuk, Dafi mengantar istrinya terlebih dulu ke area kolam renang.

"Awas pelan-pelan sayang nanti kepleset." Tegur Dafi, saat melihat wajah kegirangan istrinya. Persis seperti ikan koi yang terdampar di daratan.

"Gak sabar. Aku mau ganti baju dulu By. Ya sudah sana katanya mau ngegym." Usir Alesha halus.

"Beneran gapapa aku tinggal?"

"Iya iya bawel. Udah sana, kapan nyemplungnya kalo ngomong mulu."

"Oke. Nanti aku balik ke sini. Jangan kemana-mana." Menatap punggung Dafi yang menjauh, Alesha bersiap ke ruang ganti.

Sudah hampir dua jam, Dafi menunggu istrinya yang tak kunjung mentas. Padahal dia merasa aktivitas ngegym nya sudah paling lama. Tetapi istrinya ini malah lebih lama.

"Udahan Sha. Nanti kamu masuk angin."

"Bentar deh. Belum puas."

"Aku lebihin 10 menit. Lebih dari itu, aku tinggal." Ancam Dafi.

Tanpa mengindahkan perkataan Dafi, Alesha dengan gesit menggerakkan tubuhnya mengimbangi arus. Masih ada waktu, pikirnya.

"Aduh." Ringisnya memegangi perut yang terasa kram. Pergerakannya terhenti, dengan nafas yang tak sengaja menghirup air.

Senggang beberapa menit, Alesha tak kunjung muncul membuat Dafi cemas. Lelaki itu beranjak dari tempat bersendernya menuju area kolam.
"Sayang, kamu nggak papa?" Teriak Dafi.

"K-kak Da-fi." Lirih Alesha dengan terbatuk. Seperti orang hampir tenggelam.

Melihat itu, Dafi menghentikan aktivitas ponselnya. Menatap kaget sang istri.
"Astaghfirullahal'adzim."

"Tahan di sana."

Tak mau membuang waktu, Dafi segera melepas jaket miliknya dan menyeburkan diri ke dalam kolam. Ia mempercepat gerakannya ke tengah kolam. Meraih tubuh Alesha dan membantunya muncul ke udara.

"Atur nafas kamu."

"Kenapa bisa gini?"

"Kram." Adu nya. Cukup mengangguk, Dafi tak bertanya lagi.

Setelah naik ke permukaan, Dafi mendudukkan pelan tubuh gadis itu.

"Tirukan aku. Tarik Nafas. Habis itu buang." Instruksi Dafi, dengan tangan menyanggah punggung Alesha.

Tak ada cara lain, gadis itu hanya menurut sesuai perintah. Dafi bernafas lega, saat kondisi istrinya agak mendingan.

"Bagian mananya yang kram?"

"Perut aku."

"Kan. Tadi aku bilang apa? Ngeyel sih. Sulit banget dibilangin."

"Marahnya nanti aja." Perutnya yang kram, semakin bertambah kram mendengar ocehan suaminya.

Dafi menghela nafas panjang. "Baju gantinya kamu taruh mana?"

"Totebag."

"Yaudah. Nanti ganti di mobil aja. Gak mungkin aku gantiin kamu di kamar mandi cewek."

"Gaperlu. Aku bisa sendiri."

"Habis itu ambruk?" Potong Dafi. Membuat Alesha diam tak berkutik. Lelaki itu selalu saja pintar membalikkan omongan.

Aku Ingin Move On [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang