36. Penculikan

57 17 0
                                    

Dilarang keras untuk plagiat !! Kalau pengen plagiat. Sepertinya salah lapak. Penulis masih amatir.

Warning⚠️ Berani plagiat berati berani tanggung resikonya nanti di akhirat. Penulis tidak ridho !

***

Waktu berjalan dengan cepat, Alesha dan Dafi sudah pindah ke rumah baru mereka. Motor yang dihadiahi Eijaz sudah biasa Alesha bawa wira-wiri. Ia tidak ingin merepotkan Dafi terus-menerus dengan antar jemput dirinya. Tapi sayangnya, tadi pagi motor itu mengalami masalah sehingga harus di service.

Di depan kampus Alesha menunggu Dafi untuk menjemputnya karena hari ini ada kegiatan himpunan jadi pulang telat. Seperti biasa, ia menunggu di halte. Tak banyak orang yang berseliweran karena masuk waktu maghrib. Ia sebenarnya ingin sholat di masjid kampus saja, tetapi Dafi sudah dalam perjalanan. Takutnya Dafi kelimpungan mencarinya.

Berulang kali, ia mencoba menelfon suaminya, tapi tidak diangkat. Mungkin sedang di jalan, pikirnya. Awan mulai menggelap, Alesha masuk kembali ke dalam pekarangan kampus dan memilih meninggalkan pesan untuk suaminya bahwa dia mau sholat. Semoga saja dibaca.

"Sha"

Seusai sholat, seseorang memanggilnya. Alesha menengok ke belakang. Namun naas nya, sebuah cairan berhasil masuk melewati suntikan di lehernya. Detik kemudian, ia sudah tak sadarkan diri. Seseorang menggendong tubuh Alesha ke dalam mobil.

"Maaf Sha tapi aku harus lakuin ini."

Setibanya di kamar hotel. Pria itu membaringkan Alesha ke spring bed. Perlahan ia melepas kerudung Alesha, menampakkan rambut hitam gadis itu yang terjuntai indah. Belum lagi, mata lentik dan bibir mungilnya. Membuat Ardan tak tahan dengan dengan kemolekan gadis itu.

"Sekali lagi maaf."

Ardan melepas kancing bajunya dan membuang kemejanya asal. Menampakkan dada bidangnya. Ia mengusap lembut bibir mungil Alesha dan semakin mendekatkan wajahnya.

"Cantik"

Gadis itu merasakan ngilu di kepalanya. Apalagi saat cahaya ruangan menyerobot masuk ke retinanya. Beberapa detik kemudian, ia dikagetkan dengan adanya Ardan yang begitu dekat dengannya.

"Astaghfirullah" Alesha mendorong keras Ardan. Tetapi tenaganya belum sepenuhnya pulih. Alhasil pria itu hanya mundur beberapa centi.

"Tidur lagi Sha. Kamu belum pulih."

"K-kak Ardan kenapa ada di sini. Di-dimana suami Alesha." Ucap Alesha terbata. Ia benar-benar takut melihat Ardan telanjang dada seperti ini.

Lelaki itu menyeringai. Alesha memundurkan badannya. Mencoba mengambil kerudung yang jatuh di lantai. Namun tangannya segera dikunci oleh Ardan.

"Sha kamu cantik. Sayang, kalo aku tidak bisa memilikimu." Ardan membelai pipi mulus Alesha.

"Jangan berani menyentuhku." Teriak Alesha dengan nafas memburu.

Alesha membuang asal mukanya. Tangisnya pecah. Ia beberapa kali memberontak tapi nihil.

"K-kak Da-fi tolongin Ale-sha hiks." Teriak Alesha lagi. Ia benar-benar takut laki-laki ini akan berbuat macam-macam terhadap dirinya.

"Hey ayolah. Di sini cuma ada kita berdua."

Alesha menggeleng, seiring dengan air matanya yang turun dengan deras. Hatinya terus bermunajat pada Allah.
"Ya Allah bantu Alesha pergi dari laki-laki bejat ini. Selamatkan hamba Ya Allah. Laa haw la waa laa quwwata ilaa billahil 'ali hil 'adzim."

Entah, ide darimana. Ia langsung menendang keras Ardan. Cengkeraman pria itu mengendur. Alesha menyikut dada Ardan hingga tersungkur. Ia segera berlari menuju pintu melupakan kerudungnya.

Aku Ingin Move On [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang