33. Absurd VS Usil

70 22 0
                                    

Dilarang keras untuk plagiat !! Kalau pengen plagiat. Sepertinya salah lapak. Penulis masih amatir.

Warning⚠️ Berani plagiat berati berani tanggung resikonya nanti di akhirat. Penulis tidak ridho !

***

Jam menunjukkan pukul 3 pagi. Dafi terlebih dulu bangun karena alarm ponselnya berbunyi. Ia bergegas mandi dan baru setelahnya akan membangunkan Alesha.

Dafi menepuk pelan pipi Alesha.
"Sha bangun."

Tak mendapat respon. Mungkin istrinya itu kelelahan karena semalam.
"Bangun sayang."

Alesha mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih mengantuk.
"Ehm udah shubuh?" Gumam Alesha dengan suara seraknya.

"Belum. Kita tahajjud dulu."

"Kak Dafi mandi duluan. Nanti kalo udah, aku nyusul."

"Aku udah mandi sayang. Ayo bangun."

Baru akan bangun, Alesha merasakan pening di kepalanya. Tubuhnya, jangan ditanya lagi. Seakan sudah remuk ditikam harimau. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Dafi. Ia memaksakan diri untuk duduk.

"Masih sakit?" Dafi membantu Alesha untuk duduk.

"Ya gimana gak sakit. Kak Dafi brutal banget. 5 jam tanpa jeda coba bayangin."

"Gausah dibayangin. Orang udah praktek juga. Atau mau lagi?" Ucap Dafi tersenyum jail.

"Sekalian aja bikin aku pingsan. Asli dah aku ridho." Cerocos Alesha dengan wajah kesal. Membuat Dafi tidak bisa menahan tawanya.

"HAHAHAA iya maaf deh. Ya sudah sekarang mandi, aku sudah siapin air hangat buat kamu berendam. Biar sakitnya berkurang. Perlu aku bantu ke kamar mandi?"

"Gapapa biar aku sendiri."

Belum melangkah, Alesha merasakan sakit di area bawah yang membuatnya meringis. Ia memegangi ujung tempat tidur.

"Bisa nggak? Lain kali gausah ngeyel makanya."

Dafi dengan sigap menggendong Alesha. Perempuan itu menyembunyikan wajahnya ke dada bidang suaminya karena malu.

***

Setelah subuhan, Alesha kembali tidur. Ia meminta Dafi agar membangunkannya pukul 6 untuk bersiap-siap karena ada kelas pagi. Tetapi melihat wajah penat Alesha, Dafi menjadi tidak tega membangunkannya. Jadi sekarang ia sendiri yang keluar kamar untuk sarapan.

"Daf, Alesha mana kok gak ikut turun?" Tanya Bilqis.

"Lagi sakit Buk. Sementara biar gak ngampus dulu."

Bilqis mengangguk.
"Sakit apa?"

Dafi yang ditanya seperti itu langsung panik. Tidak mungkin kalau ia berterus terang. Untungnya ada Eijaz yang menyapanya.

"Pagi, adik ipar."

"Pagi Bang."

Dafi cepat-cepat menyelesaikan ritual makannya. Mumpung belum ditanya yang aneh-aneh oleh keluarga Alesha. Kemudian, ia memasuki kamar dengan membawa nampan berisi nasi goreng dan air putih. Lalu, menaruhnya di meja.

"Makan dulu Sha."

"Nanti aja." Jawab Alesha dengan mata memejam.

"Aku mau berangkat."

Seketika Alesha membuka lebar matanya.
"Eh kok kak Dafi baru bangunin aku. Aku ada kelas pagi loh."

"Kamu istirahat aja di rumah. Nanti biar aku yang izinin ke dosen kamu."

Aku Ingin Move On [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang