43. Telor Mata Kebo

42 9 0
                                    

Dilarang keras untuk plagiat !! Kalau pengen plagiat. Sepertinya salah lapak. Penulis masih amatir.

Warning⚠️ Berani plagiat berati berani tanggung resikonya nanti di akhirat. Penulis tidak ridho !

***

Sebelum Dafi berangkat mengajar, ia menitipkan Alesha ke Vani. Sebenarnya nanti siang ada jadwal kosong tapi cuma sebentar. Nanggung rasanya, apalagi jarak antara rumah sakit dengan kampus lumayan jauh. Beruntung, sahabat istrinya itu mau dimintai tolong.

"Gue belum ngecek kuliah. Kira-kira ada tugas nggak yah. Gue masih gak mood." Keluh Alesha. Dari kemarin ia terus memutar otak menghilangkan rasa gabutnya.

"Fokus sembuh dulu aja."

Alesha menghela nafas, berharap sahabatnya itu akan memberinya saran. "Gabisa tetep kepikiran."

Vani berdecak, "Ck lagian laki lo kan dosen. Tanyain lah."

Sebenarnya tidak ada yang salah dari ucapan Vani. Tapi posisinya sekarang lagi mode diam. Tidak bisa diganggu gugat.
"Gamau, nurunin derajat gue dong. Secara kan gue masih ngambek."

Asyik berbincang, suara ketukan pintu terdengar dari luar. Tak lama seseorang laki-laki berbaju koko menyembul.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

"Maaf ganggu yah." Tuturnya halus.

Alesha menggeleng. "Enggak kok Gus. Pasti mau nemuin kak Dafi yah? Tapi kak Dafinya belum selesai ngajar." Ucap Alesha tak enak sendiri.

"Bukan. Ini ada titipan dari suami kamu. Katanya takut kamu belum makan. Saya taruh sini yah." Gus Hisyam menaruh tentengan kresek yang dibawanya ke meja.

"Ya Allah Gus maaf jadi ngerepotin."

"Gapapa, ya sudah kalau gitu saya pamit."

"Eh kok buru-buru. Nggak mau duduk dulu." Tawar Alesha basa-basi.

"Ehm mungkin lain kali aja."

Alesha mengangguk memaklumi. Gus Hisyam sangat menjaga batasan. Apalagi di sana hanya ada kaum hawa.

"Ya sudah saya pamit. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Berjalan menjauh, Alesha memanggil Gus Hisyam. Hingga sang empu menoleh memutar badannya.

"Gus."

"Iya?"

"Kenalin, ini teman saya namanya Vani. Tinggal di jalan Cempaka Wangi Blok 9. Kali aja Gus mau mampir." Ucap Alesha menaikkan oktaf suaranya. Sedangkan Vani membulatkan netranya.

Gus Hisyam hanya menimpali senyum tipis. Sangat tipis, bahkan sampai tidak kentara. Dirasa sudah pergi, Vani sudah mengambil ancang-ancang mengomeli Alesha.

"Apaan sih lo Sha." Dumel Vani kini wajahnya sudah masam.

"Bau-bau orang jatuh cintong nih." Ledek Alesha, ia tipikal orang yang peka. Daritadi sahabatnya itu curi-curi pandang.

***

Tiga hari, Alesha sudah keluar dari rumah sakit. Siang ini ia sudah sepakat akan masak. Meski ia tahu, jika Dafi tidak akan memperbolehkannya. Baru saja tadi pagi, perdebatan kecil dimulai gara-gara Alesha yang memaksa masuk kuliah. Tapi mau tidak mau, Dafi dengan terpaksa mengizinkan karena hari ini UAS dimulai.

Alesha mengecek isi kulkas ternyata cuma ada telur dan sawi. Dengan bahan seadanya, ia berniat untuk membuat nasi goreng.

"Assalamu---" Salam Dafi terhenti saat hidungnya tak sengaja mencium bau gosong yang menyeruak. Dan bau itu seperti berasal dari dapur rumahnya.

Aku Ingin Move On [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang