38. Bukan Sembarang Detektif

61 15 0
                                    

Dilarang keras untuk plagiat !! Kalau pengen plagiat. Sepertinya salah lapak. Penulis masih amatir.

Warning⚠️ Berani plagiat berati berani tanggung resikonya nanti di akhirat. Penulis tidak ridho !

***

Sehari setelah kejadian istrinya hampir dilecehkan, Dafi langsung mendatangi hotel bersama Gus Hisyam.

"Permisi mbak. Apa saya boleh meminta rekaman CCTV kemarin."

"Maaf Pak. Kami tidak bisa memberikan karena itu privasi."

"Apa mbak masih ingat saya? Pria yang waktu menggendong wanita hamil yang berlumuran darah. Saya harap mbak masih ingat. Saya suaminya. Dan ini buku nikah kami."

"Sekali lagi maaf Pak. Kami tidak bisa memberikannya ke sembarang orang."

"Ke sembarang orang? Mbak tahu, istri saya hampir dilecehkan. Saya bisa saja menuntut mbak dan hotel ini kalau saya mau. Bukankah pasangan yang belum menikah dilarang check in di hotel? Kenapa mbak sebegitu ceroboh nya membiarkan."

"Sabar Daf. Istighfar." Tegur Gus Hisyam.

"Boleh bapak tunjukkan foto laki-lakinya?"

Dafi menunjukkan foto Ardan kepada resepsionis itu. Untungnya sebelum berangkat, ia dan Gus Hisyam menjelajahi akun milik Ardan. Setelah menemukannya, ia men-screenshot foto laki-laki itu.

"Ini mbak."

"Saya ingat Pak. Setahu saya, laki-laki ini check in hanya sendiri. Tidak ada istri bapak."

Dafi mengernyit bingung. Lantas, meminta daftar list pengunjung ke resepsionis tersebut. Ia menelisik satu per satu nama hingga menemukan nama Ardan di sana. Tapi tunggu, di bawah list laki-laki itu terdapat nama yang tidak asing baginya. Kirana Almaheera, bukankah itu nama Kiran sahabatnya? Atau mungkin kebetulan namanya sama. Dafi akan cari tahu itu.

"Mbak, kalau yang namanya Kirana Almaheera. Mbak masih ingat? Sebentar, saya kasih lihat fotonya."

Dafi menyodorkan ponselnya kembali dengan foto Kiran yang terpampang jelas.

"Maaf Pak. Saya tidak lihat."

"Baik, kalau begitu antar saya ke bagian keamanan. Saya mau cek langsung CCTV nya."

Meski sedikit ragu, wanita itu mengiyakan. Ia tidak mau kasus ini menyeret dirinya. "B-baik Pak mari."

Setelah mengantarkan Dafi dan Gus Hisyam, resepsionis tersebut kembali untuk melanjutkan tugasnya.

Dalam rekaman CCTV itu terlihat biasa saja. Ardan masuk ke ruangan seorang diri. Tapi sedetik kemudian, atensinya tertuju pada orang yang mengenakan jaket kulit dibantu seseorang yang memakai hoodie. Keduanya memapah tubuh Alesha masuk ke dalam kamar yang Ardan sewa.

"Pak, sebentar stop. Mundur sedikit, coba ulang yang ke menit lima belas. Daf coba kamu lihat. Apa kamu kenal?"

"Dua-duanya pakai kacamata. Aku nggak bisa lihat jelas. Apa itu orang suruhan Ardan?"

"Bisa jadi."

Pantas saja Ardan bisa leluasa membawa Alesha. Ternyata ada backingannya.

"Tapi tunggu. Kalau pasangan yang belum menikah dilarang masuk. Berarti, orang yang bawa masuk Alesha. Tadi----perempuan."

"Oke, sekarang kita cek bagian CCTV depan. Sebelum check in kan harus tunjukkin wajah asli sama KTP. Barangkali kita bisa lihat wajah perempuan itu."

Aku Ingin Move On [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang