30. Ijab Qobul

81 25 0
                                    

Dilarang keras untuk plagiat !! Kalau pengen plagiat. Sepertinya salah lapak. Penulis masih amatir.

Warning⚠️ Berani plagiat berati berani tanggung resikonya nanti di akhirat. Penulis tidak ridho !

***

Seminggu lalu Alesha sudah memberikan jawaban kepada keluarga Dafi. Alesha menerimanya setelah mendapat petunjuk beruntun lewat mimpinya. Bahkan setelah sholat istikharah hatinya semakin mantab untuk memilih Dafi. Meski hatinya sampai sekarang belum terbuka untuknya. Tapi Alesha yakin seiring berjalannya waktu, cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya.

Dengan ruangan terpisah, Dafi dan Alesha saling menunggu. Dafi menunggu instruksi dari sang penghulu. Sedangkan, Alesha berada di kamar menunggu mempelai pria menjemputnya.

Dafi menjabat tangan ayah Alesha. Sorot matanya menatap dalam Wisnu, calon mertuanya.

“Bismillahirrahmanirrahim. Yaa Barra Dafi Arfathan bin Akmal Baihaqi Arfathan. Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka binti Alesha Revalina Putri alal mahri 150.000.000 Indonesia Rupiah Wamajmueat min 'adawat alsalat, hallaan."

Dengan satu tarikan nafas, suara lantang Dafi menggetarkan seluruh arsy.
"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyyu taufiq.”

"Sah?"

"SAH"

"Barakallahu laka wa baraka alaika wajama'a baynakuma fi khayr."

"Aamiin."

"Silahkan jemput istrimu di kamar." Ucap Akmal menyuruh lembut anaknya.

Dafi mengangguk. Ia berjalan didampingi Bundanya ke kamar Alesha.

Sementara, Alesha kini seperti tikus keracunan. Padahal sebelum-sebelumnya ia tidak segugup ini. Tapi kenapa sekarang begitu menegangkan.

Bertepatan dengan itu, Dafi masuk ke kamarnya. Hal itu sontak membuat jantung Alesha berpacu semakin cepat.

"Nak salim dulu sama suami kamu."

"Iy-iyaa Tante."

Hanifah terkekeh melihat menantunya yang malu-malu. "Panggil Bunda saja."

Dafi mengulurkan tangannya ke depan. Alesha sempat ragu, namain akhirnya membalas uluran tangan itu dan menciumnya singkat. Kalau lama-lama bisa copot jantungnya.

"Sekarang giliran kamu Daf. Cium kening istri kamu." Pinta Hanifah.

"Eh eh gausah Bund. Malu dilihatin banyak orang." Tolak Alesha. Apalagi dia sangat alergi dengan yang namanya kamera.

"Memang begitu adatnya Sha." Sahut Bilqis.

"Tapi gapake dicekrek yah." Tawar Alesha.

"Iya." Mereka mengalah daripada panjang urusannya gara-gara Alesha yang anti difoto. Tapi jangan lupakan, Eijaz. Ia diam-diam memfoto adiknya.

Dafi menangkupkan tangannya ke kepala Alesha, dan mencium keningnya. Begitu lama, sampai keduanya merasakan aura kehangatan.

"Ana uhibbuki fillah zaujati." Bisik Dafi membuat Alesha semakin menunduk.

Bukannya tersenyum, Alesha justru menangis. Ia bukannya tidak bahagia. Tapi ia tidak pernah diperlakukan selembut ini oleh orang terdekatnya. Bahkan ayahnya sekalipun.

Dafi menjauhkan kepalanya dan tangan kanannya mengusap kepala Alesha. Sembari melantunkan doa untuk keberkahan rumah tangganya. Alesha hanya diam mengangkat tangan dan mengaamiini.

“Allahumma baarikli fi ahli wa baarik li-ahli fiyya warzuqhum minni warzuqniy minhum.”

artinya: “Ya Allah ya Tuhan, berkahilah aku dalam permasalahan keluargaku. Berkahilah keluargaku dalam permasalahanku, berilah keluargaku (istri dan keturunan) rezeki dariku, dan berilah aku rezeki dari mereka." Doa ini merupakan hadis riwayat At-Thabrani.

Aku Ingin Move On [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang