22. Mode Lawak

61 31 2
                                    

Dilarang keras untuk plagiat !! Kalau pengen plagiat. Sepertinya salah lapak. Penulis masih amatir.

Warning⚠️ Berani plagiat berati berani tanggung resikonya nanti di akhirat. Penulis tidak ridho !

***

Di taman seperti biasa, Gavin dan Alesha bercengkerama. Sesekali mereka melontarkan pertanyaan konyol sampai ke yang serius. Tiba-tiba Gavin menatapnya begitu dalam.

"Sha kamu bahagia gak sama aku?"

Alesha sedikit bingung.
"Banget. Kenapa tanya gitu?"

"Gapapa. Tapi aku ngerasa gak pantes aja buat kamu Sha."

"Siapa bilang? Justru aku beruntung banget bisa  sama kamu. Apalagi sebentar lagi kita akan nikah." Lontar Alesha.

"Seandainya kita hanya sebatas bertemu. Maka aku bersyukur banget Sha dipertemukan kamu. Makasih udah bimbing aku sejauh ini. Maaf jika nanti aku gabisa jaga kamu. Gabisa bahagiain kamu seperti apa yang kamu mau. Jujur, jika ada orang yang lebih baik dari aku. Aku ikhlas ngelepasin kamu Sha. Asal kamu bahagia, aku bahagia." Jawab Gavin dengan senyuman simpul yang dipaksakan.

"Kenapa ngomong gitu? Kamu udah jaga dan bahagiain aku lebih dari apa yang ku mau. Cukup kamu, gak ada yang lain." Entah kenapa Alesha tidak suka Gavin yang pesimis seperti ini.

"Maaf, tapi aku kangen mama Sha. Kamu jaga diri baik-baik yah. Aku pamit. Assalamu'alaikum." Pamit Gavin. Ia beranjak dari duduknya meninggalkan Alesha.

"Wa'alaikumussalam." Jawab Alesha masih setengah sadar.

"Vin enggak jangan tinggalin aku. Gaviin hiks" Teriak Alesha. Tapi Gavin tak menoleh sedikitpun. Membuatnya semakin terisak. Bayangannya semakin jauh namun Alesha sangat sulit untuk menggapainya. Tubuhnya seakan terkunci tak bisa bergerak.

Mata Alesha terbuka sempurna. Dengan nafas yang tersengal dan keringat dingin yang membasahi keningnya.
"Hufft Alhamdulillah cuma mimpi."

Lama termenung, akhirnya Alesha sadar belum menunaikan sholat isya. Bahkan mukena yang ia gunakan sholat maghrib masih terbungkus rapi di tubuhnya. Sehabis fitting baju, keluarganya mengajak Gavin makan bersama. Lalu sholat maghrib sendiri-sendiri.
"Ya Allah makasih udah bangunin Alesha."

Esok harinya, Alesha dan Gavin berpamitan kepada Bilqis untuk fitting baju lagi. Yang kemarin sempat tertunda karena luka Alesha. Gavin sebenarnya menolak katanya besok saja. Takut luka Alesha belum mengering. Tapi ya kan sudah diplester, lem nya juga kuat gak mungkin copot. Emang dasarnya Gavin yang overprotektif. Eijaz sekarang tidak bisa menemani karena interview kerja.

Setibanya di butik, Alesha melirik orang jualan es krim keliling. Ia jadi teringat masa kecilnya. Tentunya dengan mata berbinar, ia ingin segera mendekati penjual es itu.
"Aku ke sana bentar gapapa?" Izin Alesha.

"Mau ke mana?"

"Beli es krim."

"Kamu di sini. Biar aku yang ke sana. Mau yang rasa apa?"

Alesha bersorak kegirangan, "Wih ditraktir dong nih. Yaudah, rasa coklat, stroberi sama vanilla."

Gavin terkekeh, "Gak sekalian sama gerobaknya?"

"Dih kalau gak ikhlas gausah deh." Alesha memutar bola matanya.

Mau tak mau Gavin hanya pasrah.
"Iya-iya jangan ngambek."

"Yes, aksi gue gak sia-sia ternyata. Jadi pengen ngambek terus biar dibeliin es krim." Pikir Alesha.

Wah lama-lama ngelunjak ya lu Sha😭

Aku Ingin Move On [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang