37. Ngidam Aneh

70 15 0
                                    

Dilarang keras untuk plagiat !! Kalau pengen plagiat. Sepertinya salah lapak. Penulis masih amatir.

Warning⚠️ Berani plagiat berati berani tanggung resikonya nanti di akhirat. Penulis tidak ridho !

***

Sedikit, terlihat pergerakan dari jari Alesha. Matanya berkedut hingga ia membuka perlahan untuk menyesuaikan pencahayaan. Dafi yang menyadari, langsung berdiri. Tatapan wanitanya kosong, bahkan ia tidak mengeluarkan suara sama sekali.

"Alhamdulillah, kamu sudah sadar. Sebentar aku panggil dokter."

Alesha masih tetap diam, kini air mata menetes di wajahnya. Ia terisak dalam, membuat Dafi panik.

"Sha, Mana yang sakit? Aku mohon bicaralah."

Dafi segera bergegas mencari dokter. Ia melupakan tombol di atas brankar. Padahal jika ia menombol, maka dokter akan cepat datang ke  sana.

"Dokter, apa yang terjadi terjadi dengan istri saya?"

"Tidak ada kondisi yang menghawatirkan. Cuma sepertinya istri bapak masih syok. Jadi saya sarankan, agar tidak siapapun menyinggung soal kejadian yang membuat Bu Alesha syok. Bu Alesha membutuhkan Bapak. Tenangkan dan hibur dia. Saya tinggal dulu."

"Baik Dok."

Suami mana yang sanggup melihat istrinya yang hampir dilecehkan. Dafi merasa gagal menjadi seorang suami.

"K-kak Dafi." Akhirnya suara yang ditunggu-tunggu keluar.

Dafi mengelus puncak kepala Alesha.
"Iya sayang. Aku di sini."

"A-aku mohon jangan pernah tinggalin Alesha sendirian. Alesha t-takut Kak." Berkali-kali air mata Alesha terjatuh.

Dafi menangkup wajah Alesha, ia berusaha menahan air matanya. Ia mendekap gadis itu dalam pelukannya.
"Aku mohon jangan menangis. Kakak janji akan selalu di samping kamu."

"A-alesha k-kotor kak. D-dia hampir per-kos---" Lirih Alesha yang semakin gentar dengan tangisnya.

Hati Dafi ngilu tetapi istrinya butuh dukungannya sekarang. "Ssstt sudah jangan dilanjutkan. Kamu tidak kotor. Kamu itu berliannya kakak. Aku mau melihat Alesha yang ceria, bukan Alesha yang rapuh seperti ini. Laa tahzan innallaha ma'ana zaujati. Kamu sedih aku juga ikut sedih. Kamu sakit,  aku pun juga sama sakitnya."

Dafi melepaskan pelukannya. Tangannya memegang perut Alesha.
"Kamu harus berjuang sayang. Kamu harus lawan ketakutan kamu karena sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ibu."

"I-ibu?" Beo Alesha.

Melihat istrinya yang kebingungan, Dafi tersenyum.
"Iya, anak kita kuat. Jagoan kita seperti ibunya, kuat. Dia masih bertahan di perutmu."

Alesha terhenyak, ingatannya tentang kejadian tadi seketika memudar. Ada rasa syukur yang membuncah. Gadis itu kembali memeluk Dafi. Ia tersenyum di sela air matanya.

Dafi ikut tersenyum, "Tetaplah tersenyum untukku dan anak kita."

Alesha termenung, sontak mengundang tanya Dafi.
"Ada apa?"

"Apa Allah masih menerimaku sebagai hambaNya? Aku begitu kotor. Aku malu." Alesha berucap sambil menunduk. Dafi mengarahkan Dagu istrinya supaya mendongak.

"Hey, Seorang mukmin adalah seseorang yang tidak gampang berputus asa. Selagi, kita masih diberikan nafas. Maka pintu maaf Allah masih terbuka lebar. Allah itu maha Penyayang. Allah tidak akan menelantarkan hambaNya yang ingin dekat denganNya."

"Aku mau sholat. Bantu Aku kak."

"Baiklah, Minum dulu." Dafi tahu istrinya masih lemas. Semenjak siuman, keduanya terus mengoceh.

Aku Ingin Move On [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang