29. Khitbah Kedua

76 27 0
                                    

Dilarang keras untuk plagiat !! Kalau pengen plagiat. Sepertinya salah lapak. Penulis masih amatir.

Warning⚠️ Berani plagiat berati berani tanggung resikonya nanti di akhirat. Penulis tidak ridho !

***

Lima hari Alesha bolos kuliah. Lima hari pula Alesha membuat alasan pada ibunya supaya tidak curiga. Tapi insting seorang ibu tidak pernah salah. Ia terus mendesak Alesha mengatakan yang sebenarnya terjadi. Hingga pada akhirnya Alesha mengaku.

"Sha" Panggil wanita bergamis yang tidak kalah cantik dengannya. Dia adalah kakak iparnya, namanya Afra. Wanita yang dua hari lalu menjadi istri Eijaz.

"Iya mbak?"

"Kamu tahu siapa yang bayar uang UKT kamu?" Tanya Afra. Ia sudah tahu masalah Alesha. Walaupun masih dua hari menjadi kakak iparnya, tapi Alesha sudah mulai nyaman. Bahkan ia menceritakan banyak hal pada Afra.

"Gatau mbak. Alesha awalnya mikir kalo servernya eror. Tetapi ternyata beneran udah lunas. Kok bisa yah mbak? Apa kak Eijaz yang bayarin?"

"Kamu ada dosen baru?"

"Iya mbak, kenapa emangnya?"

"Dia yang bayar UKT kamu. Bahkan handphone kamu, bukan mbak yang beliin tapi dia. Katanya gak tega lihat handphone kamu rusak."

"Lah kok bisa sih mbak? Orangnya Kak Dafi kan mbak? Tapi dia kok bisa tahu tentang masalah UKT aku. Dia intel ya mbak?"

"Kamu ini ada-ada saja. Dia gak sengaja lewat pas kamu dipanggil ke ruang biro keuangan. Waktu itu pintunya nggak dikunci kan? Di situ dia denger semuanya."

Alesha mencoba mengingat.
"Ah iya-iya aku inget."

"Sebenarnya dia suruh mbak ngerahasiain ini dari kamu. Katanya dia ikhlas kasih buat kamu. Tapi mbak gak tega, dia cinta banget sama kamu Sha. Dari SMA malahan. Lama banget kan?"

Alesha membulatkan mata, masa sih orang yang jutek bin dingin itu suka sama dia.
"Lah terus terus?"

"Terus dia niatnya lulus SMA kemarin ngelamar kamu. Eh kamunya udah dikhitbah duluan. Ya jadi dia mundur. Kemarin pas ketemu kamu di kampus. Itu pun dia ngiranya kamu sudah jadi istri orang."

"Mbak pasti lawak kan?"

"ih mbak jujur Sha."

"Tapi mbak kok bisa tahu semuanya. Atau jangan-jangan mbak mantannya?"

"Huss ngawur kamu. Dia itu sepupu mbak. Tapi sepupu jauh. Neneknya dia saudaraan sama kakeknya mbak. Gatau lah gitu, pokoknya rumit kalo dijelasin."

"Oh gitu. Tapi masa sih dia suka sama cewek modelan kayak aku? Tiap ketemu juga cuek aja. Gaada ramah-ramahnya."

"Kamu kayak nggak ngerti cowok aja Sha. Semakin dia suka, dia bakal semakin ngehindar. Biar ceweknya gak risih. Kayak abang kamu tuh."

"Kalau kamu mau sama Dia nanti mbak comblangin deh sama kamu. Dia bahkan sempet bilang gini loh, Kalau aja Alesha mau, aku pengen ngebahagiain dia. Pengen bertanggung jawab sama dia. Termasuk urusan kuliahnya. Aku bakal tanggung." Asal kamu tahu ya Sha, dia pengen kembali datang khitbah kamu tapi takut kamu nya gasuka sama dia." Lanjut Afra.

"Ya itu sih namanya cemen mbak. Masa belum apa-apa pesimis duluan."

"Jadi nanti kamu berangkat ke kampus?"

"Kayaknya sih mbak. Tapi kok tiba-tiba malu. Apalagi nanti ketemu kak Dafi."

"Udah santai aja. Selagi dia kalem ya kamu kalemin aja."

***

Seperti yang dikatakan Afra, Alesha mencoba kalem seperti tidak tahu apa-apa. Kelasnya sudah selesai beberapa menit lalu. Kini, ia duduk di taman dekat fakultas seni menunggu Vani.

Tiba-tiba suara bariton membuatnya keluar dari rasa kantuknya. Alesha menoleh dan menyejajarkan tubuhnya.

"Nanti malam saya ke rumah kamu." Ucap Dafi tanpa menoleh sedikitpun ke Alesha.

"Buat?"

"Saya akan khitbah kamu."

"Lah lah Kak. Eh maksudnya Pak. Kok mendadak sih. Gak kompromi dulu sama saya."

"Bukankah kamu sendiri yang bilang cuma laki-laki cemen yang pesimis duluan." Selesai dengan ucapannya, Dafi melangkah menjauh.

Skak

Alesha diam membatu. Kehabisan kata-kata. Ini pasti ulah kakak iparnya.

***

Malam ini, Dafi serius dengan ucapannya untuk mendatangi rumah Alesha. Ia bahkan tak tanggung-tanggung mengajak keluarga besarnya.

"Mbak, gimana ini? Aduh nanti aku harus jawab apa dong?"

"Ya jawab aja apa yang sekarang ada di hati kamu. Pikirkan matang-matang Sha. Dafi itu laki-laki baik. Pekerjaannya juga jelas. Sebulan sekitaran 50 juta kalo gak salah. Dia punya kafe sendiri. Dia ngajar cuma buat sampingan. Tapi walaupun sampingan gajinya juga lumayan. Belum lagi, dia itu lulusan pondok. Jadi apa yang buat kamu bingung? Udah ganteng, sholeh, mapan lagi."

"Tapi dia SMA sama kayak aku mbak. Kapan mondoknya?"

"Dia baru saja keluar dari pondok Sha. Dia kuliah sambil mondok. Bahkan belum lulus, ia sudah ceramah di mana-mana. Dia itu orangnya cerdas. Cepat beradaptasi."

"ih mbak ngomong gini pasti karena dia masih ada ikatan keluarga sama mbak kan."

"Duh pengen mbak cekek deh. Gemes banget." Jawab Afra yang geregetan dengan sikap Alesha yang selalu ada aja bahan buat ngeyel.

"Sha, ayo ikut ibu keluar. Keluarga Dafi udah nungguin. Sama kamu juga Af." Ucap Bilqis.

Mereka bertiga akhirnya keluar menemui Dafi sekeluarga. Mereka duduk di kursi masing-masing.

"Sha, ini Dafi datang ke sini mau melamar kamu. Silahkan nak."

"Bismillah. Alesha Revalina Putri izinkan saya untuk menjadi pendamping hidupmu. Menemani setiap langkahmu. Izinkan saya menjadi imam untukmu dan juga anak-anak kita kelak. Mau kah kamu menjadi istriku?"

Hati Alesha bergetar seiring dengan kata yang Dafi lontarkan. Ingatannya tertuju pada Gavin yang pernah mengkhitbahnya.

"Bo-boleh saya minta waktu?" Ucap Alesha takut. Ia takut menyakiti hati Dafi maupun keluarganya.

"Saya ingin sholat istikharah. Setidaknya sebelum satu minggu saya akan memberi jawaban." Sambungnya.

"Baik akan saya tunggu." Jawab Dafi menampakkan senyum.

Syukurlah, semua akhirnya menyetujui permintaan Alesha. Kali ini Alesha ingin melibatkan Allah dalam setiap urusannya.

***

Double up hari iniii😍😍

Selamat teraweh & menjalankan ibadah buat besok🤗

Mewakili pemeran AIMO, Author minta maap kalo adaa salah🥰🥰

Bye bye👋

Aku Ingin Move On [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang