18. Pesan Terakhir

62 33 0
                                    

Dilarang keras untuk plagiat !! Kalau pengen plagiat. Sepertinya salah lapak. Penulis masih amatir.

Warning⚠️ Berani plagiat berati berani tanggung resikonya nanti di akhirat. Penulis tidak ridho !

***

Setelah kepergian Gavin dan Vani. Kini menyisakan keheningan antara Alesha dan Mamanya Gavin.

"Tante pengen ngomong sesuatu sama kamu." Tatap Silvia pada Alesha yang sibuk mengotak-atik HP karena bosan.

Alesha mendongak dan memasukkan HP nya ke dalam saku gamis, "I-iya silahkan tante."

"Nggak tahu kenapa rasanya tante nyaman banget sama kamu. Kamu temannya Gavin satu sekolah?"

"Enggak tante. Saya kenal Gavin dari Vani. Mereka berdua satu SMP dulunya."

"Tante boleh peluk?"

"Boleh Tan." Alesha bangkit dari duduknya. Segera mendekatkan diri ke Silvia. Ia membalas pelukan hangat darinya.

"Dari dulu Tante pengen banget punya anak cewek. Tapi nggak keturutan Sha." Curhat Mama Gavin yang sudah melepas pelukannya. Mata yang tadinya ceria berubah menjadi sendu.

"Tante nggak tahu sampai kapan Tante bisa jagain Gavin. Semua usaha sudah Tante lakuin tapi dia masih tetap gak berubah. Tante lelah Sha. Tante nggak pernah tahu umur Tante sampai kapan. Tapi setelah ketemu kamu. Tante  rasanya legah kalau mau pergi kapanpun."

"Tan Alesha mohon jangan ngomong gitu. Gavin butuh Tante." Sahut Alesha, ia tak menyangka jika Mama nya Gavin akan berbicara seperti itu. Apa ini kalimat perpisahan?

Alesha termenung, mencoba menyelami setiap kata yang diucapkan Silvia. Namun, ia kembali menoleh saat wanita paruh baya di hadapannya melontarkan pertanyaan lagi.

"Apa kamu mau jadi menantu Tante? Jadi istri Gavin. Jagain dia, bimbing dia. Walau Tante nanti udah gak di sisinya. Setidaknya Tante bisa tenang telah menitipkannya padamu."

Deg

"Ya Allah apa ini caramu mempersatukan diriku dengannya? Tapi kenapa di situasi seperti ini? Apa Tante Silvia benar-benar akan meninggalkan Gavin? Aku gak bisa bayangin reaksinya Gavin nanti seperti apa?" Batin Alesha terus berkecamuk.

Sementara, Gavin dan Vani sedang duduk berdua di taman dekat ruang mama nya dirawat. Gavin mencoba berulang kali mengatur nafas. Mencoba memberanikan diri memanggil mantan kekasihnya, Vani.
"Van. Kenapa?"

Vani menaikkan sebelah alisnya. Ia mengernyit bingung dengan pertanyaan ambigu Gavin.
"Ha kenapa? Apanya yang kenapa?"

"Lo kenapa minta putus? Salah gue apa? Gue coba berulang kali chat lo tapi nomer gue, lo blokir."

"Lo masih tanya kenapa?" Sebenarnya Vani masih iba dengan kejadian yang menimpa Gavin. Apalagi sekarang mamanya terbaring sakit. Tapi ia sudah terlanjur tersulut emosi.

"Ya emang gue gak ngerti. Dan gue ngerasa gak buat salah apa-apa sama lo." Jawab Gavin dengan tatapan bingung.

Plak

Sebuah tamparan mendarat di pipi tirus Gavin. Siapa lagi pelakunya kalo bukan Vani.

"Lo boncengan sama cewek lain. Dan lo masih bilang kenapa? Ternyata semua cowok sama aja." Cerocos Vani dengan air mata yang sudah membanjiri kedua pipinya.

"Cewek lain apa maksudnya Van?" Tanya Gavin dengan mencekal tangan Vani yang hampir menjauhi dirinya.

"Lo kira gue gak tahu hah? Waktu sore lo asyik berduaan. Boncengan ketawa, terus nongki bareng di Cafe. Apa semua itu gak cukup?"

Aku Ingin Move On [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang