44. Penjahat Kelas Kakap

34 9 0
                                    

Dilarang keras untuk plagiat !! Kalau pengen plagiat. Sepertinya salah lapak. Penulis masih amatir.

Warning⚠️ Berani plagiat berati berani tanggung resikonya nanti di akhirat. Penulis tidak ridho !

***

Siang ini, menjadi siang yang penuh adrenalin bagi Ardan maupun Dafi. Sebelum berangkat, Ardan terlebih dulu menyalakan GPS di ponselnya. Guna memberi sinyal pada Dafi supaya lebih mudah melacaknya. Sementara Gus Hisyam mengomando pasukannya untuk bersiap.

Tempat yang dijajaki sekarang rupanya bangunan mewah. Ah yah, mungkin orang kaya menyebutnya manshion. Rupanya keluarga Ziva bukan orang kaleng-kaleng. Crazy Rich sungguhan. Pantas saja selama ini wanita itu sanggup membiayai biaya rumah sakit ayahnya. Meskipun ujung-ujungnya Ardan harus nurut dibawa tekanannya.

"Benar ini kediaman Ziva Callista?" Tanya Ardan serius pada orang yang diduga bodyguard pribadi Ziva.

"Benar. Mari saya antar. Nona muda sudah menunggu di dalam."

Laki-laki itu berdehem dan melanjutkan langkahnya. Hunian ini begitu besar, jadi Ziva menyuruh bodyguardnya mengarahkan Ardan. Takutnya kesasar, malah buang-buang waktu saja.

"Nona, orang yang Anda tunggu sudah datang." Intruksi laki-laki yang membersamai Ardan. Ia lebih dulu masuk ke dalam.

"Suruh dia masuk, Jhon."

Laki-laki itu menunduk patuh. "Baik nona."

"Silahkan masuk." Suruh lelaki itu pada Ardan.

"Yah."

Tanpa babibu, Ardan pun melangkah masuk. Netranya menatap sekeliling tidak percaya. Nuansa hitam dengan sedikit pencahayaan. Persis ruangan malaikat pencabut nyawa. Tak luput dari matanya, ada alat penyetrum di pojok ruangan. Juga deretan senjata tajam yang tertata rapi tanpa debu.

"Duduk sana. Jangan ganggu gue." Suruh Ziva takutnya pria itu merecoki kesenangannya.

Ardan mengendikkan bahunya acuh dan duduk di sembarang kursi. Terlihat Ziva dengan kedua temannya sangat menikmati permainannya. Mengabaikan Ardan yang telah masuk. Permainan ini seperti tidak asing di memori Ardan. Tapi kapan? Ardan masih menerka-nerka.

Shot Roulette!

Pikirannya langsung tertuju pada permainan yang pernah dimainkan di markas geng motornya. Pantas seperti dejavu. Tapi waktu itu dia hanya sebagai penonton tidak berniat untuk gabung. Walaupun berandalan, tapi otaknya masih waras untuk tidak meminum minuman haram.

Dihapus karena kepentingan penerbitan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dihapus karena kepentingan penerbitan...

S

ebelum pulang, Dafi menyempatkan diri untuk menemui Ardan.

"Makasih Ar. Kalau bukan berkat bantuan lo. Mungkin saat ini gue masih kewalahan nangkep Ziva dari persembunyiannya." Ucap Dafi tulus. Tetapi yang ditatap malah sok gentle.

"Bocah edan." Cicit Dafi dalam hati.

Benar, kalau bukan karena Ardan. Mungkin titik keberadaan Ziva masih belum terungkap sampai sekarang. Aksi mereka berjalan lancar, karena sebelum melakukan penggerebekan Ardan meminta maaf pada Dafi dan Alesha. Seolah hidayah datang padanya, ia menyesali perbuatannya silam yang hampir melecehkan Alesha.

Dari situlah, Ardan yang dari awal sekongkol dengan Ziva menghubungi wanita licik itu dan menawarkan bantuan. Rencana berjalan mulus, saat tawaran dengan mudahnya Ziva setujui. Masih ingat dua preman suruhan Ziva? Karena mereka sudah tertangkap maka mau tidak mau dia harus mencari preman pengganti untuk memperketat penjagaan.

***

Di kamar, Alesha sudah mandi. Waktu sudah sore, tapi Dafi belum juga mengabarinya. Biasanya laki-laki itu akan mengabari walau hanya bertukar pesan. Entah kapan suaminya itu pulang. Di kampus tadi juga ia tidak melihat batang hidung suaminya.

Tak mau ambil pusing. Alesha berniat keluar kamar saja. Mungkin dengan menyapu dan memasak akan sedikit menghilangkan kecemasannya. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti saat ponselnya berdering. Ia pikir suaminya, tapi bukan.

"Halo, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam. Nak, ayah udah gak ada."





Dihapus karena kepentingan penerbitan...

***

Gimana udah puas belom si Ziva udah ketangkep? 🥱

Hufft pengorbanan bgt buat nulis part inii, nahan esmosiii pake banget😭 maaf kemarin gajadi up gak mood

Eum, Besok enaknya up atau engga yah?
Vote + komen kalo mau lanjutt

Bye Bye👋

Aku Ingin Move On [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang